-13-

4.8K 539 12
                                    

Rou menyeret kakinya malas memasuki rumah sakit tempat ia bekerja beberapa bulan belakangan itu, di lubuk hatinya yang terdalam ia merasa sedikit tenang jika ia masuk malam hari ini karena ia tidak akan banyak bertemu orang-orang.

Tapi rasa tenangnya yang sedikit itu langsung gugur meninggalkan rasa gusar melihat siapa yang berdiri di meja informasi di depannya, melihat ransel hitam di punggung pria itu ia langsung kenal.

Dokter Scott.

Ia sudah menata hatinya seharian untuk mempersiapkan diri ketika bertemu pria itu lagi tapi ini terlalu cepat, ia juga tidak bisa mundur akhirnya ia memaksa berjalan lurus saja kearah kantornya yang memang sedikit mengarah ke meja informasi itu.

"Rou!"

Ia menghentikan langkahnya ketika suster Laila menyebut namanya dengan kencang, ia berbalik dan menemukan jika pria itu sedang menatapnya.

"Ada apa suster?" Ia bertanya sembari mendekat.

Suster Laila menyerahkan berkas untuknya. "Pasien yang membutuhkan resep untuk serapan pagi." Wanita itu berujar sembari memberikan senyuman nya.

Rou mengangguk paham menerimanya lalu berencana untuk pergi.

"Rou."

Tapi ia terhenti lagi ketika suara yang membuatnya merinding itu mengalun tiba-tiba.

Dan ia menoleh canggung.

"Iya dokter Scott?" Ia pasti menunjukkan ekspresi aneh karena pria itu tersenyum puas disana.

"Sepertinya sudah saatnya kita mengumumkan pernikahan kita."

Berkas yang ia pegang jatuh begitu saja mendengar kalimat terbodoh yang pernah ia dengar itu, pria itu ingin bunuh diri? Kalau begitu jangan mengajaknya.

Suara histeris para perawat yang duduk di meja informasi menjadi background tatap-tatapan mereka yang sama sekali tidak mengandung cinta.

"Atau aku saja yang memberitahukan mereka, jika kamu sibuk kamu bisa pergi lebih dulu."

Rou blank, ia menahan nafasnya sembari memungut berkasnya yang untung saja tidak berserakan.

Ia memilih meninggalkan pria kurang ajar itu saja dan pergi menuju ruangannya kemudian mengunci diri takut jika ia akan diteror oleh perawat-perawat itu.

Dan benar saja, baru saja ia mengunci pintu ia mendengar suara orang-orang memanggilnya sembari menggedor pintu.

Ia tidak tahu kemana perginya kewarasan pria itu.

Ia membayangkan perceraian kenapa malah pria itu menawarkan resepsi.

***

Hanya rasa puas yang ia rasakan melihat ekspresi wanita itu selama ia berbicara mengenai apa yang ia pikirkan semalaman, bahkan setelah wanita itu pergi ia masih merasakan kemenangan telak.

Tapi itu tidak berlangsung lama ketika banyak perawat yang kini mengerumuni dirinya meminta penjelasan bahkan dokter seniornya mulai ikut campur.

"Ada apa ini?"

Ia berkeringat dingin melihat wanita itu ikut singgah.

"Dokter Jessica! Ada kabar menggemparkan."

Carter hanya bisa menarik nafas menyesali perbuatannya.

"Yes, Kami sudah menikah."

Setelah itu ia mengambil langkah seribu menuju mobilnya diparkiran mengabaikan panggilan beberapa suster yang masih tidak terima berita yang akan membuat dirinya terkena semburan ibunya esok.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now