-31-

5.5K 594 4
                                    

Operasi Rou akan dimulai pukul delapan malam, wanita itu sudah melakukan puasa selama dua puluh empat jam dan selama itu pula ia sudah menyambut kunjungan keluarganya yang datang dari Colorado juga keluarga suaminya yang juga berada di ruangan yang sama.

Mereka satu persatu berbicara padanya memberikan semangat, ia hanya bisa diam dan memberikan senyum terbaiknya. Ketiga giliran ibu dan ayahnya barulah Rou tidak bisa mengendalikan tangisannya. Ia menangis tersedu-sedu ketika hanya melihat ibunya. Wanita itu juga sama bahkan ayahnya yang belum pernah ia lihat menangis kini menguraikan banyak air mata.

Carter tidak pernah beranjak dari sisi Rou membantu dirinya untuk tetap kuat menciumi pucuk kepalanya dan memberikan semangat. Menguatkan Rou jika ia benar-benar tidak sendirian.

Carter pria yang baik, meski belum bisa memiliki hati pria itu seutuhnya ia bahagia hanya dengan pria itu menjadikannya seorang wanita.

Ia bersyukur merasakan kehamilan itu meski harus mengorbankan kesehatan nya. Lagipula kesempatannya hanya sekali dan ia akan berusaha yang terbaik. Jika ia ditakdirkan untuk hidup lebih lama ia akan mencoba menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Tapi jika takdir itu tidak berpihak untuknya ia ingin sekali saja mengutarakan perasaannya pada Carter.

Kini satu persatu keluarganya mulai pergi meninggalkan ia dan suaminya itu sekita sepuluh menit lagi ia akan dimasukkan ke ICSU. Dan para perawat sudah mulai memasang selang selang aneh padanya sebelum didorong ke ruangan operasi itu

"Tunggu dulu."

Rou menyuruh perawat itu memasang selang oksigen untuknya.

"Bisakah kalian meninggalkan kami sebentar." Rou menyuruh perawat itu keluar. Mereka cukup ragu karena jadwal operasi tidak bisa diundur.

"Sebentar saja." Mohonnya.

"Keluarlah." Kini giliran Carter yang bicara dan suster itu pergi .

"Ada apa?" Pria itu bertanya.

Rou tersenyum kecil menunduk malu. "Bisakah kau memelukku sebentar." Suaranya begitu pelan tapi Carter mendengarnya.

Pria itu duduk disudut ranjang mendekati Rou memeluk wanita itu yang memang dalam posisi setengah duduk.

Ia melingkarkan tangannya erat mencoba mengirimkan semangat dan tidak melepaskan sampai Rou melepaskan pelukannya, tapi beberapa menit sepertinya wanita itu masih enggan.

"Sebentar lagi operasi nya dimulai." Carter berujar pelan takut menyinggung.

Rou malah mengeratkan pelukannya. "Aku takut." Bisiknya pelan.

Carter memahami perasaan wanita itu, jujur ia juga takut membayangkan jika Rou tidak ada disisinya lagi. Membayangkan kalau wanita itu tidak akan melihat langit yang sama lagi dan saling menyindir satu sama lain.

"Aku akan menunggumu. Jangan takut." Suara Carter begitu tulus menawarkan itu dan Rou semakin tidak bisa melepaskan nya tapi ia juga harus berkorban. Anak-anaknya harus selamat dan itu butuh pengorbanan.

Tiga puluh persen adalah kemungkinan yang tipis, Rou ragu tapi ia harus percaya kalau apapun yang terjadi kepadanya itu adalah takdir yang terbaik baginya.

Oleh karena itu ia tidak mau menyesal.

Ia mendekatkan bibirnya pada telinga Carter membisikkan ungkapan hatinya. Setidaknya ia sudah mencoba.

"I love you."

Tubuh pria itu menegang. Rou menyadarinya dan ia rasa itu adalah jawaban Carter. Ia tidak kecewa karena pria itu sudah melakukan hal banyak padanya. Dan Rou sudah merasa cukup.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now