3

53K 4.3K 354
                                    

"Ini rumah lo?" tanya Reyhan seraya menatap rumah minimalis yang ada di hadapannya itu.

"I-iya. Ya, udah gue masuk dulu. Makasih udah nganterin," ungkap Caca sedikit gugup.

Caca sudah akan masuk ke dalam rumah namun, tiba-tiba Reyhan menahan tangannya dan membuatnya mau tak mau berbalik menghadap Reyhan.

Gadis itu menatap Reyhan takut. "Ke-kenapa?" tanya Caca.

Reyhan merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya pada Caca.

"Nomor hp elo," kata Reyhan dengan suara datarnya.

Mata Caca membulat sempurna, lalu ia pun bertanya, "Buat apa?"

Cowok itu melengos sesaat kemudian kembali menatap Caca. Seperti biasa kini, bola matanya sudah kembali menampilkan sorot tajam tak terbantahkan. Sangat khas dengan seorang Reyhan. Tentu saja tatapan Reyhan mampu membuat nyali Caca menciut.

Akhirnya gadis itu mengambil ponsel Reyhan meski dengan ragu-ragu. Ia lalu mengetikkan nomor ponselnya kemudian mengembalikan ponsel Reyhan.

"Udah, kan?" tanya Caca.

"Sebentar," ucap Reyhan.

Jangan pernah berpikir bahwa mengelabui Reyhan itu merupakan hal yang mudah. Nyatanya sekarang Caca berakhir malu karena Reyhan mencium kebohongannya.

Caca tak menyangka jika Reyhan akan sedetail itu. Caca tak tahu jika cowok yang baru dikenalnya itu bisa begitu waspada akan kemungkinan ditipu oleh Caca. Buktinya sekarang Reyhan sudah mencoba menghubungi nomor yang telah Caca tulis di sana dan tentu saja yang mengangkat telepon cowok itu bukan Caca karena memang nomor itu bukan milik Caca. Nomor itu milik Candra, kakak sepupunya.

Caca meringis melihat Reyhan semakin menajamkan tatapannya.
Cowok itu mematikan sambungan telepon lalu kembali menyodorkan ponselnya pada Caca.

"Nomor hp elo, Caca!" ucap Reyhan penuh penekanan.

"Ta-tap--"

"Ck!" Reyhan berdecak kesal.

Dengan berat hati Caca akhirnya menuliskan nomor ponselnya. Lalu setelah itu Caca mengetesnya sendiri untuk membuat Reyhan percaya.

"Udah, kan?" tanya Caca dengan nada kesal.

"Thanks! Good Night, Ca!" seru Reyhan.

Tanpa menunggu Caca masuk ke dalam rumah cowok itupun bergegas menyalakan motornya dan meninggalkan komplek perumahan Caca.

"Dasar cowok aneh! Nyesel gue pernah ketemu elo," gerutu Caca.

*****

"CACA!!"

Di tengah lapangan yang terik Caca menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap sebal pada Fandi ketua osisnya yang berlari sembari membawa tumpukan berkas di tangannya.
Hanya dengan melihat tumpukan berkas itu Caca sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Nih, buat cemilan lo di rumah!" seru Fandi. Cowok berparas tampan itu menyerahkan tumpukan berkas di tangannya pada Caca.

"Fan, kurangin dong. Masa sebanyak ini gue sendiri yang ngerjain?" protes Caca.

Fandi menggeleng pelan lalu berkata, "Itu udah sedikit, Ca. Lo mau liat bagian gue?"

Caca berdecak kesal lantas pergi dari hadapan Fandi untuk masuk ke dalam kelas dan mengistirahatkan kakinya yang pegal sehabis mengawasi upacara hari Senin dan menjaring beberapa murid yang terlambat. Ya, beginilah susahnya jadi anggota pengurus osis yang kebagian seksi kedisiplinan. Pasti setiap hari Senin selalu menjadi satpol pp dadakan. Teriak sana-sini dan berjemur di barisan paling belakang. Datang paling pagi tapi, masuk kelas paling siang.

REYHANWhere stories live. Discover now