49

17.8K 2K 802
                                    

"Jadi cowok lo ikut balap liar?" tanya Candra hati-hati.

Caca mengangguk samar. Ia lantas menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang santai.

Beberapa menit yang lalu mereka baru saja kembali setelah sebelumnya datang ke lokasi balap liar dan melaporkan balap liar tersebut pada pihak berwajib.

Candra duduk di hadapan Caca. Cowok itu menatap miris pada adik sepupunya yang harus terlibat dengan anak geng motor nan merepotkan.

"Udah putusin aja, Ca," usul Candra.

Tiba-tiba Caca bangun dan mendudukkan diri. Perkataan Candra seakan mampu mengumpulkan nyawa dan tenaganya yang habis karena mengkhawatirkan Reyhan.

"Apaan sih, Bang? Main nyuruh putus aja," gerutu Caca.

"Ya, abisnya." Candra berpindah tempat duduk ke samping Caca. "Dia bukan cowok baik-baik," lanjut Candra.

"Kalo Reyhan bukan cowok baik-baik terus kriteria cowok baik-baik yang bener itu yang gimana?" tanya Caca.

"Ya, yang nggak kayak Reyhan," jawab Candra tak mau kalah.

Caca menyandarkan punggungnya di sofa. "Udahlah, Bang. Nggak usah nyuruh Caca untuk putus sama Reyhan," ungkap Caca.

Putus bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan masalah antara dirinya dan Reyhan. Ya, walaupun sampai sekarang Caca masih tidak yakin apakah dia dan Reyhan sedang dalam masalah atau tidak.
Tapi jika tidak ada masalah mustahil Reyhan mendiamkannya. Mustahil Reyhan mengabaikannya dan tidak memberinya kabar.

"Ck!" decak Caca.

Sekali lagi pening menyerang kepala Caca saat benaknya mengingat sikap Reyhan beberapa saat yang lalu. Reyhan yang dingin dan dengan mudahnya mengabaikan telepon darinya. Padahal di sini ia sedang mati-matian menahan rasa khawatir.

"Jangan terlalu dipikirin. Dia bakal baik-baik aja," ujar Candra seraya menepuk pelan bahu Caca.

Tampaknya cowok itu tahu kalau Caca sedang dilanda rasa khawatir.

"Makasih ya, Bang. Dan maaf karena gue harus repotin elo," ungkap Caca.

"It's okay!" jawab Candra.

*****

Kepulan asap rokok menjadi pemandangan yang mendominasi area belakang gudang sekolah. Pelakunya tentu saja Reyhan beserta Niko, Elvan dan Beno. Di sana mereka terlihat merokok dengan bebas dan santai.
Padahal seharusnya sekarang mereka ada di kelas untuk pembagian buku paket dan jadwal piket. Bandel sekali, bukan? Ya, tentu saja. Anak motor memang identik dengan kebandelannya.

"Bos, kok tumben tadi nggak berangkat sama Caca?" tanya Beno tiba-tiba.

Pagi ini Reyhan memang tak berangkat dengan Caca. Lebih tepatnya cowok itu menolak untuk menjemput Caca dan beralasan harus mengantar Freya padahal nyatanya Freya tak pernah meminta dirinya untuk berangkat bersama.

Reyhan tersenyum miris saat mengingat perbuatannya itu.

"Bos?" tegur Elvan.

"Bukan urusan lo," jawab Reyhan dengan nada datar.

"Tadi gue liat Caca berangkat naik angkot," ungkap Elvan.

Reyhan tetap diam dengan ekspresi datarnya. Namun, jauh di dalam hatinya ia sedikit merasa bersalah karena telah membohongi Caca.

REYHANWhere stories live. Discover now