24

23.6K 2.3K 69
                                    

"Udah baikan, Ca?" tanya Raffa pada Caca yang baru saja meminum teh hangat buatan Reyhan.

Gadis itu mengangguk dan memaksakan senyumnya. Ia lalu memperbaiki posisi duduknya. Matanya menatap Reyhan, Raffa, Raka, Beno, Elvan dan Juned yang tengah berkumpul di hadapannya. Melihat keenam cowok itu Caca menjadi lebih tenang setelah sebelumnya dilanda ketakutan mendalam akibat ulah Daniel.

Sampai sekarang Caca masih tak percaya jika Daniel akan melakukan hal sebejat itu padanya. Padahal Caca percaya bahwa Daniel adalah cowok baik-baik. Daniel itu penyayang dan sangat menghormati perempuan. Terlihat jelas dari cara Daniel memperlakukan Caca sejak awal perkenalan mereka. Tapi apa yang terjadi malam ini sungguh membuat Caca tak habis pikir. Perilaku cowok itu telah menghancurkan ekspetasi Caca.

"Ca, lo nggak apa-apa, kan? Nggak ada yang luka, kan?" tanya Reyhan khawatir.

Caca memungut kesadarannya. Ia mengangguk pelan. "Gue nggak apa-apa," jawab Caca.

"Btw makasih kalian udah dateng dan nolongin gue," ungkap Caca.

Mereka tersenyum samar dan mengangguk untuk menanggapi ucapan terimakasih dari Caca, gadis yang menjadi pujaan hati sang ketua.

"Makanya Bu Bos lain kali jangan mau-mau aje kalo diajak ke apartemen laki-laki," ucap Juned dengan logat betawinya.

"Heh, Caca baru mau tenang. Lo nggak usah ngingetin lagi. Yang ada nanti Caca down lagi!" seru Beno seraya memelototkan matanya pada Juned.

"Lah? Kan niat gue baek. Lu kok malah gitu sih?!" balas Juned.

Sadar bahwa teman-temannya akan segera menciptakan keributan Reyhan pun berdiri dan menuntun Caca ke kamarnya.

Sesampainya di kamar gadis itu duduk di tepi ranjang sementara Reyhan menarik kursi belajar Caca  dan mendudukkan diri di sana.

Caca menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Reyhan yang begitu intens. Gadis itu asyik memilin jari-jarinya untuk mengurangi rasa gugup yang menderanya. Rasa gugup karena berada dalam kamar bersama Reyhan. Walaupun pintu kamar tidak ditutup tetap saja Caca merasa gugup dan canggung. Apa lagi ini adalah kali pertama ada seorang cowok masuk dan melihat isi kamarnya yang hanya didominasi oleh foto-fotonya semasa SMP-SMA saat berada dalam organisasi osis.

"Ca, bunda kapan pulangnya?" tanya Reyhan memecah keheningan.

"Enggak tau. Mungkin lusa," jawab Caca masih dengan wajah yang sepenuhnya tertunduk.

"Liat mata gue, Ca!" seru Reyhan.

Akhirnya mau tak mau Caca mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan jelaga hitam kepunyaan Reyhan.

Ada perasaan aneh yang merasuk ke dalam hati Caca ketika matanya bertubrukan dengan mata Reyhan. Perasaan yang membuat Caca tak bisa berpaling.

Tiba-tiba Reyhan duduk berlutut di depan Caca. Kedua tangan Reyhan menggenggam tangan Caca dengan lembut. Bola mata Reyhan juga melemparkan tatapan yang amat teduh dan menenangkan. Sangat berbeda dengan Reyhan yang biasanya. Reyhan yang biasa melemparkan tatapan tajam dan mengintimidasi. Reyhan yang dingin, cuek, dan suka sekali memukul orang.

"Janji sama gue, Ca! Janji supaya lo nggak akan bohongin gue lagi!" ucap Reyhan dengan suara dalamnya.

"Ma-maksud lo apa, Rey?" tanya Caca.

Wajah Caca sudah kembali memucat ketika Reyhan menyinggung perihal kebohongan.
Caca takut kalau ternyata Reyhan tahu tentang hubungan palsunya dengan Daniel.

Reyhan menghela nafas pelan kemudian berkata, "Gue tau lo sama Daniel nggak bener-bener pacaran. Kalian cuma pura-pura pacaran untuk bikin gue jauhin elo."

REYHANWhere stories live. Discover now