50

18.6K 1.8K 320
                                    

"Kita putus aja, Ca."

Plak

Sebuah tamparan mendarat sempurna di atas pipi kanan Reyhan. Tentu saja pelakunya adalah Caca. Gadis itu menampar Reyhan dengan keras diiringi tatapan mata yang begitu terluka dan tubuh yang gemetar.

Reyhan yang semula memalingkan wajahnya pun kembali menghadap Caca. Sorot mata cowok itu tampak kosong setelah melihat Caca dengan kondisi seperti itu.

"Lo nggak bosen sama gue, Rey. Tapi emang sejak awal lo nggak pernah sayang sama gue," ungkap Caca dengan suara bergetar.

"Ca, gue sayang sama elo!" sergah Reyhan.

Caca sudah terlanjur terluka. Kata sayang yang ia dengar hanya semakin membuat hatinya seperti teriris. Apalagi saat mengingat akan kenyataan bahwa Reyhan jauh lebih mempercayai Freya daripada dirinya.

"Sayang? Kalo lo sayang sama gue lo nggak akan percaya gitu aja sama omongan orang, lo nggak akan percaya gitu aja sama apa yang gue bilang. Kalo lo sayang sama gue ... LO PASTI BAKAL NANYA YANG SEBENARNYA!!" teriak Caca.

Gadis itu menghempaskan tangan Reyhan lalu berbalik berniat meninggalkan Reyhan. Namun dengan cepat Reyhan menahan tangan Caca.

"Ca, dengerin gue dulu!" seru Reyhan.

"Apa yang perlu gue denger dari lo? Bukannya lo pengen putus? Ya udah sekarang putus aja," sarkas Caca.

Reyhan menggelengkan kepalanya. Ia kembali meraih bahu Caca dan membawa Caca untuk berhadapan dengannya.

"Gue nggak pernah mau putus sama elo, Ca. Gue ... gue Cuma nggak mau lo terluka gara-gara gue sama Freya," jelas Reyhan.

Bagi Caca kata-kata Reyhan hanya terdengar seperti alasan. Caca seperti mendengar itu sebagai alasan dan bualan yang membuatnya muak sekaligus sakit hati.

Caca menghapus kasar air mata di sekitar pipinya.

"Gue nggak mau denger alasan apapun, Rey. Karena lo juga nggak mau denger alasan dari gue," kata Caca.

"Maksud lo?" tanya Reyhan.

"Sejak awal lo nggak nanya kenapa gue nelfon polisi. Lo juga nggak nanya bener atau enggaknya gue buli Freya. Lo Cuma percaya sama apa yang lo liat dan lo denger. Lo nyimpulin semuanya sendiri," jelas Caca dengan nafas memburu.

Bagaimana reaksi Reyhan? Diam. Cowok itu diam dan melayangkan tatapan kosongnya. Reyhan seakan membenarkan semua yang Caca katakan.

Ia egois dan hanya mempercayai apa yang ia lihat serta apa yang ia dengar.

"Ca, maaf ...," lirih Reyhan.

Caca menggelengkan kepalanya pelan. "Gue nggak mau denger maaf dari lo, Rey. Gue Cuma mau denger lo nanya ke gue tentang alasan gue lakuin semua itu," jawab Caca.

Reyhan membenarkan ucapan Caca di dalam hatinya. Sebenarnya Reyhan juga tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Hanya karena masalah yang ia hadapi ia sampai melupakan Caca dan bahkan sekarang ia melampiaskannya pada Caca. Apa benar dia adalah Reyhan?

"Ca, maafin gue," lirih Reyhan.

Sekali lagi Caca menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan diri dari Reyhan lalu menjaga jarak dengan cowok itu.

"Untuk sementara lebih baik kita nggak usah ketemu dulu, Rey. Gue mau lo pikirin semuanya dan putusin apa yang terbaik buat hubungan kita," ucap Caca.

"Enggak, Ca! Gue salah. Gue tau gue salah dan gue minta maaf!" seru Reyhan.

"Sementara ... kita masing-masing dulu, Rey," ungkap Caca kemudian berbalik dan meninggalkan Reyhan dengan perasaan yang berkecamuk.

"Fan, bisa bicara sebentar?" tanya Dinda, sang sekretaris osis.

REYHANWhere stories live. Discover now