22

23.9K 2.4K 375
                                    

"Ca, lo ngrasa nggak sih kalo dari tadi ada yang lagi ngikutin kita?" tanya Daniel dengan suara pelan.

Caca yang semula fokus menonton film pun langsung menatap Daniel. Kedua alisnya bertaut seakan meminta penjelasan lebih pada Daniel. Namun Daniel hanya menampilkan wajah penuh antisipasi.

"Maksud lo apa?" tanya Caca.

"Nggak jadi, Ca. Mungkin cuma perasaan gue aja," jawab Daniel.

Gadis itu menganggukan kepalanya pertanda paham akan pernyataan Daniel. Detik berikutnya Caca pun kembali menonton film yang masih menyisakan durasi cukup panjang itu.
Namun, belum genap 20 detik Daniel sudah kembali membuka mulutnya dan berhasil membuat Caca salah tingkah.

"Ca, hari ini lo cantik. Asal lo tau aja," bisik Daniel.

"Ekhmm. Biasa aja kok," jawab Caca seraya berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya.

"Udah biasa cantik, ya?!" sahut Daniel.

Akhirnya Caca memilih diam dan fokus menonton filmnya sampai selesai. Walau sebenarnya ia sudah tak bisa fokus seperti semula hanya karena Daniel memujinya cantik. Padahal penampilannya tak bisa dibilang cantik. Hari ini Caca hanya mengenakan celana jins biru dan sweater peach. Caca juga tak memakai make up sebab tadi ia terburu-buru. Caca takut akan membuat Daniel menunggu lama jadi ia memilih untuk tak memakai make up dan hanya mengganti seragamnya dengan pakaian yang biasa saja menurutnya.

Film telah selesai. Satu demi satu penonton mulai keluar dari dalam bioskop.
Menyadari hal itu Caca pun langsung mengerjapkan matanya dan mengumpulkan kembali kesadarannya yang sempat tercecer entah ke mana.

Kini, gadis itu berdiri diikuti oleh Daniel.

"Abis ini mau ke mana, Ca?" tanya Daniel seraya menggandeng tangan Caca.

Mata Caca menatap tangannya dan tangan Daniel yang saling bertaut. Dan sekali lagi semburat merah itu kembali menghias pipinya.

"Ca?" tegur Daniel.

"Hah? Iya? Ke mana, ya?" Caca berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya.

Tiba-tiba Daniel mengusap puncak kepala Caca menggunakan tangan kirinya. Tak lupa cowok itu juga mengulas senyum manisnya. Senyum manis yang entah sejak kapan membuat Caca mau mengakui ketampanan Daniel. Ya, sekarang Caca setuju dengan Lia. Caca setuju akan opini yang menyatakan bahwa Daniel itu tampan dan keren.

"Gimana kalo kita makan dulu? Abis itu kita keliling mall," usul Daniel.

Caca mengangguk patuh. "Oke," jawab Caca.

Selanjutnya Daniel pun menarik tangan Caca dan membawa Caca untuk keluar dari bioskop.
Mereka berjalan melewati kerumunan orang-orang yang juga akan keluar dari bioskop. Tak jarang cowok itu juga melindungi Caca ketika ada beberapa orang yang terang-terangan ingin menabrak Caca hanya untuk bisa keluar lebih dulu. Daniel memeluk Caca agar gadis itu tak terjatuh atau ditabrak oleh orang-orang yang ada di sana.

"Jantung jangan bikin gue malu dong!" batin Caca seraya menempelkan wajahnya di dada bidang Daniel.

"Ca? Lo nggak apa-apa?" tanya Daniel.

"Hah?"

Gadis itu segera menjauhkan diri dari Daniel begitu berada di luar bioskop. Tangannya tergerak guna mengipasi wajahnya yang terasa panas bagai tersengat matahari pagi dihari Senin.

"G-gue nggak apa-apa kok. Makasih, Niel," ungkap Caca.

"No problem," balas Daniel.

Seakan tak peka dengan keadaan Caca yang tengah mati-matian berusaha menutupi rasa gugupnya kini Daniel malah kembali menggandeng tangan Caca. Alhasil Caca pun mencoba melepas genggaman tangan Daniel hingga membuat Daniel yang semula sudah akan berjalan menjadi berbalik dan menatap Caca penuh tanya.

REYHANWhere stories live. Discover now