47

16.4K 1.7K 389
                                    

"Kak ... da-darah."

Darah mengalir deras melewati pelipis Caca dan jatuh ke lantai toilet. Caca pun berusaha berdiri dan bercermin. Ia meringis pelan kala melihat darah melalui cermin serta merasakan nyeri dan pening di kepalanya.

"Ck!" decak Caca.

"Kak kita harus gimana? Sera anter ke rumah sakit aja, ya?" usul Sera.

Gadis itu menggeleng lemah. Ia malah menyodorkan ponselnya pada Sera dan meminta Sera untuk menghubungi Reyhan.

"Tolong telfon Reyhan," kata Caca.

Sera mengangguk lalu membuka ponsel Caca. Namun belum genap 10 detik gadis itu malah menunjukkan deretan pesan yang berhasil membuat hati Caca terasa seperti teriris.

Reyhan

Ca, lo pulangnya naik ojol aja, ya. Gue harus anter Freya.

Freya lagi. Tak ayal air mata Caca turun. Gadis itu menangis tanpa suara dan berhasil membuat Sera ikut merasakan kesedihannya.

"Biar Sera anter ke rumah sakit ya, Kak," bujuk Sera.

Akhirnya Caca pun mengangguk setuju.
Tidak ada gunanya juga dia menolak dan menunggu Reyhan karena nyatanya sekarang cowok itu lebih memilih mengantar Freya daripada dirinya. Lucu sekali. Caca kesal tapi tidak bisa mengutarakan kekesalannya pada Reyhan.

"Yuk, Kak! Supir aku udah nunggu di depan," kata Sera.

"Makasih, ya. Maaf juga karena udah bikin kamu repot," ungkap Caca seraya berjalan dengan dibantu oleh Sera.

"Nggak apa-apa, Kak. Justru aku yang berterimakasih sama Kak Caca karena Kak Caca udah bantuin aku dan malah sampe terluka begini," jelas Sera.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan sekolah. Supir Sera keluar dari mobil lalu membantu Caca masuk ke dalam mobil. Setelah itu mereka pun meluncur ke rumah sakit.

*****

Sejak tadi bibir Reyhan terus saja mengulas senyum tipisnya. Semua itu karena Freya yang sibuk mengoceh di sampingnya. Saat ini ia sedang berada di salah satu kafe dengan Freya yang setia mengikutinya. Tadinya Reyhan hanya berniat untuk mengantar Freya pulang lalu kembali ke sekolah untuk pulang bersama Caca namun yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih kembali ke sekolah dan pulang bersama Caca cowok itu justru menghabiskan waktu bersama Freya yang ngotot ingin nongkrong di kafe dulu.

"Kak Reyhan ...," lirih Freya.

Reyhan menatap Freya penuh tanya kala melihat perubahan ekspresi pada wajah gadis itu.

"Aku takut sama Kak Caca," kata Freya.

Reyhan mengernyitkan dahinya. "Takut? Maksud kamu?" tanya Reyhan.

Tiba-tiba Freya menunjukkan lengan kirinya yang terdapat luka memar.

"Kak Reyhan percaya nggak kalo aku bilang ini semua perbuatan kak Caca?" tanya Freya.

Tentu saja Reyhan tidak percaya. Mana mungkin Caca bisa setega itu melukai Freya. Dan lagi Reyhan tahu bahwa sekalipun Caca itu pengurus osis yang memiliki kekuasaan terhadap adik kelas Caca tetap tak akan melakukan hal seperti itu. Caca berbeda. Caca bukan dirinya yang suka menggunakan kekerasan. Tapi Reyhan juga yakin bahwa Freya tak mungkin berbohong. Reyhan tahu Freya itu kekanakan dan kadang menyebalkan tapi selama ini Freya selalu jujur pada Reyhan.

REYHANWhere stories live. Discover now