30

24K 2.4K 192
                                    

"Gimana? Tim basket udah siap?" tanya Risty selaku pembawa acara.

Caca mengacungkan jempolnya untuk memberi isyarat pada Risty bahwa kedua tim telah siap. Lalu Risty pun segera memanggil dua tim yang siang ini akan bertanding.

"Oke! Karena hari udah semakin siang langsung aja kita menginjak pertandingan selanjutnya. Untuk tim basket dari kelas XI IPA 1 dan XI IPS 4 dipersilakan memasuki lapangan!" seru Risty melalui pengeras suara di depannya.

Langsung saja dua tim yang telah disebutkan tadi memasuki lapangan. Sorak-sorai pun terdengar meriah dan bersahut-sahutan.

Siang ini pertandingan basket antara kelas IPA 1 dan IPS 4 akan dilaksanakan. Pertandingan antara kelas teladan dan kelas biang onar. Begitulah anggapan para guru.

"Lho? Si Fauzi mana?" tanya Revi, teman satu tim Caca yang bertugas mengawasi jalannya pertandingan.

"Nggak ikut," jawab Caca.

"Terus penggan--"

"Tuh dia!" potong Caca seraya menunjuk ke arah Reyhan yang tampak paling akhir memasuki lapangan.

Para panitia kompak menatap heran sekaligus ragu pada sosok Reyhan yang kini sudah bergabung dengan tim basket dari kelas IPA 1, kelasnya Caca.

"Lo yakin, Ca? Si Reyhan? Biang onar? Emang dia bisa?" tanya Revi dengan nada remeh.

"Kita liat aja nanti," jawab Caca seraya menyunggingkan senyum tipisnya.

Sejujurnya Caca juga tak terlalu yakin dengan kemampuan Reyhan sebab selama ini Caca tak pernah melihat Reyhan bermain basket. Yang Caca tahu tentang Reyhan hanyalah kemampuan cowok itu dalam ugal-ugalan di jalan raya dan dalam memukuli orang.

"Lo nggak bisa main basket? Padahal tadinya kalo lo bisa gue pengen nawarin hadiah buat lo."

Reyhan berbalik lantas mengangkat sebelah alisnya. Bibirnya membentuk lengkungan tipis.

"Siapa bilang gue nggak bisa?" tanya Reyhan.

"Jadi lo bisa main basket? Kalo lo bisa bawa kelas kita jadi pemenangnya gue bakal jalan sama lo!" seru Caca percaya diri.

Lengkungan di bibir Reyhan semakin melebar. Wajahnya menggeleng disertai gerakan jari telunjuk di depan wajahnya. "Nggak gitu aturan mainnya, Ca," jawab Reyhan.

"Maksud lo?" tanya Caca.

"Gue bakal gantiin Fauzi dan gue akan bikin kelas kita jadi pemenangnya. Tapi sebagai imbalannya ...."

"Imbalannya apa?" tanya Caca tak sabaran.

"Liat nanti aja," kata Reyhan.

Ah, jika mengingat percakapannya dengan Reyhan beberapa saat yang lalu Caca jadi menyesal. Ia menyesal karena menyuruh Reyhan untuk menggantikan Fauzi. Caca juga menyesal karena telah menantang Reyhan agar memenangkan pertandingan. Bagaimana jika Reyhan berhasil? Bagaimana jika nanti Reyhan meminta sesuatu yang tidak-tidak? Selama ini kan Reyhan memang gemar melakukan hal yang tidak-tidak.

"Ck! Lo bego banget sih, Ca," gumam Caca.

Menit selanjutnya peluit ditiup dan pertandingan pun di mulai. Caca memutuskan mendekat ke tepi lapangan bersama Revi dan Fandi. Gadis itu sesekali menutupi kepalanya menggunakan kertas yang ia genggam untuk menghalau  teriknya sinar matahari. Sementara perhatiannya terpusat pada permainan Reyhan.

"Mantap Bos!!" teriak Beno kala melihat Reyhan berhasil mencetak poin pertama untuk kelas IPA 1.

Para penonton pun tak kalah heboh terutama para siswi yang baru pertama kali melihat permainan Reyhan. Mereka langsung heboh menyatakan diri sebagai penggemar setia Reyhan, cowok yang selama ini hanya dikenal karena kenakalannya.

REYHANWhere stories live. Discover now