41

19.6K 2.1K 132
                                    

"Lo janjian pergi berdua sama Fandi?!"

"Bu-bukan gitu, Rey. Gue cu--"

"Cuma apa? Lo anggep gue apa sih, Ca?!"

Cepat-cepat gadis itu menggelengkan kepalanya untuk menepis segala tuduhan yang Reyhan layangkan padanya.

Ia lalu mendekat dan meraih tangan Reyhan. "Gue nggak maksud buat pergi berdua sama Fandi, Rey," jelas Caca.

"Nggak maksud? Terus yang tadi gue denger apa? Lo mau bilang kalo gue salah denger?" cerca Reyhan diiringi kekehan sinis.

"Gue cuma janjian buat pergi ke tempat bimbel punya omnya Fandi, Rey. Gue udah mau daftar bimbel itu dari kelas 11 lalu tapi kuotanya selalu udah penuh. Dan hari ini Fandi ngabarin gue soal pembukaan pendaftarannya," jelas Caca.

"Tapi nggak harus pergi berdua juga, kan?!" tukas Reyhan.

Caca pikir Reyhan sudah mulai berubah tapi ternyata belum. Cowok itu masih memiliki sisi posesif yang luar biasa menyebalkan.
Apa lagi jika itu menyangkut Fandi pasti Reyhan akan bereaksi berlebihan entah itu dulu ataupun sekarang.

"Kenapa diem, Ca?" tanya Reyhan.

Caca menghela nafas pelan. "Kita cuma mau daftar bimbel, Rey. Nggak lebih!" tegas Caca.

"Tetep aj--"

"Kalo emang lo nggak percaya besok lo boleh ikut kok. Kalo perlu lo juga sekalian ikut daftar bimbel. Lagian sekarang kita udah kelas 12, kan? Udah waktunya persiapan buat kuliah," ucap Caca setenang mungkin.

Tentu saja Reyhan mengangguk mantap. Apapun yang menyangkut Caca Reyhan pasti akan memaksa untuk terlibat. Tidak perduli apakah Caca akan setuju atau tidak. Reyhan benar-benar lain daripada yang lain. Sifat posesifnya yang sudah mendarah daginglah yang membuatnya berbeda dari yang lain.

"Gue nggak ada apa-apa sama Fandi. Lo percaya, kan?" tanya Caca, tangannya masih menggenggam tangan Reyhan.

Sayangnya Reyhan tak memberikan jawaban yang sangat ingin Caca dengar. Sudah Caca bilang kan kalau Reyhan itu lain daripada yang lain. Tapi anehnya perbedaan itu justru membuat Caca lambat laun bergantung pada Reyhan. Sekarang bukan hanya Reyhan yang membutuhkan Caca tapi Caca juga membutuhkan Reyhan. Caca tidak akan rela jika Reyhan pergi hanya karena sebuah kesalahpahaman. Caca juga tak akan sanggup jika melihat Reyhan sakit hati hanya karena kedekatannya dengan Fandi.

*****

"Thanks ya, Fan!" seru Caca.

"Santai aja kali, Ca. Lagian kebetulan gue juga mau daftar," jawab Fandi.

Mereka baru saja keluar dari ruang administrasi akademi belajar kepunyaan omnya Fandi. Kini, mereka sudah berada di koridor tentu saja dengan Reyhan yang setia mengikuti mereka.

"Gue ke toilet bentar, ya," pamit Caca pada Fandi dan Reyhan.

"Lo pikir lo bisa berduaan sama Caca?" tanya Reyhan diiringi kekehan sinis.

Cowok itu menatap angkuh pada Fandi yang kini tengah berdiri santai di hadapannya.

"Siapa yang bilang kalo gue mau berduaan sama Caca? Gue ke sini buat daftar bimbel asal lo tau aja," jawab Fandi dengan nada bicara yang kelewat tenang.

Reyhan mendengus keras. "Lo pikir gue percaya? Tipe cowok kayak elo itu udah bisa ditebak. Bilangnya mau daftar bimbel padahal--"

REYHANWhere stories live. Discover now