27

23.1K 2.5K 460
                                    

"Caca, ada telfon dari temen kamu!"

Tak berselang lama Caca muncul dari dalam kamar dan menghampiri wanita yang merupakan Omanya itu.

Caca berdiri di depan Oma yang tengah memegang telepon rumah. Ia lalu bertanya, "Temen Caca? Siapa Oma?"

"Nih kamu tanya aja sendiri," jawab Oma seraya menyerahkan telepon tersebut.

Gadis itu menerima telepon dari sang Oma. Ia lalu duduk dan menempelkan telepon tersebut di telinganya.

Caca tidak langsung bicara. Ia diam selama beberapa detik dan menunggu sosok di seberang sana untuk bicara lebih dulu. Kenapa? Karena Caca takut kalau-kalau yang meneleponnya adalah Reyhan, cowok yang selama empat hari ini ia hindari.

"Halo, Ca! Ini gue Fandi."

Saat suara Fandi memasuki rungunya saat itu juga Caca menghela nafas lega.

"E-eh, iya. Ada apa, Fan?" tanya Caca.

Caca tahu pasti ketua osisnya itu menghubungi dirinya untuk meminta kejelasan mengenai pertangungjawabannya pada osis dan kegiatan yang sudah dimulai.

"Lo kapan pulang? Sori gue harus minta nomor telfon Oma lo dari bunda soalnya gue bener-bener perlu ngomong sama lo."

Caca meringis pelan. "Iya, Fan. Gue paham kok maksud lo," jawab Caca.

"Jadi kapan lo balik ke Jakarta, Ca? Temen-temen udah pada nanyain elo."

"Gimana ya, Fan? Gue bingung."

"Ca, gue tau lo pasti lagi ada masalah. Kalo enggak mana mungkin lo tiba-tiba pergi tanpa kasih tau gue sama temen-temen yang lain? Mana mungkin lo cuma titip pesan sama Lia? Kalo ini cuma antara kita berdua gue bisa ngerti, Ca. Tapi ... ini juga menyangkut osis. Ini menyangkut tanggung jawab lo sebagai pengurus osis."

Ya, Tuhan Caca tidak tahu kalau ternyata sekarang dia tampak seburuk itu di mata Fandi. Caca tidak sadar kalau hal yang ia lakukan benar-benar tidak menunjukkan tanggungjawab seorang pengurus osis. Astaga, Caca!

"Maaf, Fan. Gue bener-bener nggak mikir sampe ke situ. Kemarin gue bener-bener lagi ada masalah. Gue janji secepatnya gue bakalan balik."

"Oke. Gue sama temen-temen yang lain bakal nunggu elo, Ca. Take care!"

"Emm. Makasih dan maaf ya, Fan."

Fandi bergumam pelan lalu mengakhiri sambungan teleponnya.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Oma yang sejak tadi duduk di depan Caca.

Caca tersenyum lalu berkata, "Nggak kok. Cuma Caca disuruh balik ke Jakarta sama temen-temen Caca."

"Beneran? Nggak usah bohong sama Oma," ungkap Oma pada Caca.

Tentu saja jika Oma sudah bicara seperti itu Caca tak bisa mengelak. Caca berpindah tempat duduk di samping Oma lalu tangannya memeluk Oma yang tengah sibuk merajut baju.
Gadis itu menyandarkan dagunya di bahu sang Oma.

"Caca, kalo kamu memang ada masalah ada baiknya segera diselesaikan. Jangan ditunda-tunda dan jangan menghindar juga," ujar Oma dengan suara lembutnya.

"Iya, Oma. Nanti pasti Caca bakalan selesaikan masalah Caca," jawab Caca.

Wanita usia 50 tahun itu meletakkan rajutannya lalu beralih mengelus lengan Caca dengan lembut.

"Jadi, kapan kamu mau balik ke Jakarta? Perlu Oma antar?" tanya Oma.

"Enggak usah, Oma. Nanti Caca telfon Bunda aja. Bunda kan juga lagi ada seminar di Bandung," jawab Caca.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang