10

32K 3K 132
                                    

Masih seputar hari Senin, harinya Caca. Kini, setelah upacara bendera berakhir Caca sudah berada di ruang osis bersama para anggota osis yang lain. Mereka baru saja melakukan rapat kilat beberapa menit yang lalu.

"Jadi, semua udah jelas, ya? Udah paham sama tugas masing-masing, kan?" tanya Fandi.

Para anggota kompak mengiyakan pertanyaan sang ketua osis.

"Oh, iya! Untuk Caca sementara ini dia nggak akan ikut nyari sponsor jadi, sebagai gantinya dia bakal nulis laporan dan bantuin Dinda bikin surat undangan," jelas Fandi.

"Lho? Kenapa, Ca? Lo ada masalah?"  tanya Edgar, ketua sekbid kewirausahaan.

Caca menggeleng pelan seraya tersenyum untuk menenangkan teman-temannya termasuk Edgar.
"Nggak kok. Kalian tenang aja," kata Caca.

"Beneran, Ca? Lo nggak lagi ada masalah keluarga, kan?" tanya Elmi, wakil bendahara.

Dan sekali lagi Caca menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan teman-temannya.

Fandi pun ikut bersuara untuk meyakinkan anggotanya bahwa Caca baik-baik saja walau kenyataannya tidak demikian.

"Caca baik-baik aja. Jadi kalian nggak perlu khawatir," ucap Fandi.

"Oke. Kalo gitu sampe di sini buat rapatnya. Silakan ke kelas masing-masing!" seru Fandi seraya berdiri dan menyampirkan tasnya di bahu.

Para anggota pun kompak berdiri dan mengikuti sang ketua osis untuk keluar dari ruangan dan pergi ke kelas masing-masing mengingat jam pelajaran akan segera di mulai.

Caca tampak berjalan di belakang dengan Tohar, ketua sekbidnya.

"Ca, pake jurus apa lo hari ini?" tanya Tohar seraya berjalan beriringan dengan Caca.

"Jurus? Jurus apaan sih, Har?" tanya Caca heran.

Tohar merangkul bahu Caca seraya berkata, "Lo pake jurus apa sampe-sampe si Reyhan bisa serapi itu? Pake dasi, pake topi, antingnya dicopot, seragamnya dikancingin. Pake jurus apa lo, hah?"

Caca melepaskan rangkulan Tohar. "Nggak pake jurus apa-apa. Lo kira gue nenek lampir pake jurus-jurus segala," jawab Caca.

Gadis itu berjalan mendahului Tohar untuk menyusul Fandi yang sudah ada di depannya.

"Fan?" tegur Caca.

Fandi menoleh ke arah Caca. "Kenapa, Ca?" tanya Fandi dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"Sori, ya. Gara-gara gue muka lo jadi babak belur kayak gini," ungkap Caca menyesal.

Fandi kembali tersenyum lalu berkata, "Nggak apa-apa, Ca. Bukan salah elo kok."

"Jelas ini salah gue, Fan. Harusnya gue nurut aja waktu Reyhan mau bawa gue," ucap Caca.

Fandi berhenti di depan kelasnya begitu pula dengan Caca. Cowok itu memegang bahu kanan Caca seakan ingin meyakinkan Caca bahwa ia baik-baik saja dan apa yang sudah terjadi bukanlah kesalahan Caca.

"Jangan nyalahin diri lo sendiri, Ca. Gue tau lo udah lakuin yang terbaik," ungkap Fandi.

"Makasih ya, Fan. Lo udah ngertiin kondisi gue," ucap Caca.

Fandi mengangguk mantap. "Iya. Btw besok lo ikut mobil sekolah atau bareng gue aja?" tanya Fandi.

Jadi besok Caca, Fandi, Tohar, dan Edgar akan menghadiri seminar keorganisasian di UI bersama kepala sekolah dan pembina osis.

"Gue ikut mobil sekolah aja deh, Fan," jawab Caca.

"Takut ketahuan Reyhan, ya?" tanya Fandi.

"Ya, gitu deh," jawab Caca. Aneh, bukan? Reyhan bukan siapa-siapa untuk Caca tapi Caca harus menjaga perasaan cowok itu. Caca tidak bisa sembarangan berdekatan dengan cowok lain karena tak ingin membuat Reyhan marah dan berakhir membuat keributan lagi.

REYHANWhere stories live. Discover now