48

15.6K 1.6K 50
                                    

Hari sudah beranjak malam dan Caca sudah duduk menghadap meja belajarnya. Sesekali gadis itu meringis pelan saat merasakan pening di kepalanya. Ia lalu meraih cermin kecil di samping buku paketnya untuk melihat letak perban yang menutup luka di dahinya.

Senyuman miris menghias bibirnya kala mengingat bagaimana ia bisa mendapatkan luka itu dan hal apa yang harus ia alami setelah mendapat luka itu. Seakan tak cukup dengan luka fisik kini ia bahkan harus menahan luka hati karena Reyhan yang tak juga memberinya kabar. Cowok itu tak menghubungi dirinya untuk sekedar bertanya apakah dia pulang tepat waktu atau tidak.

"Reyhan ke mana sih?" tanya Caca pada dirinya sendiri.

Caca menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Niatnya untuk belajar kini pupus dan tergantikan oleh keinginanannya untuk menghubungi Reyhan.

Ponsel berwarna silver itupun menjadi tujuannya. Ia pun mendial nomor Reyhan.

"Halo?!"

"Ha--"

Bibir Caca kembali terkatup saat rungunya mendengar suara bising dari seberang telepon.

"Rey, lo lagi di mana? Kok berisik banget?"

"Telfonnya nanti aja. Gue lagi sibuk."

Setelah itu telepon benar-benar diputus sepihak oleh Reyhan. Bahkan pertanyaan Caca tidak dijawab dan hanya perkataan datar tak beremosi yang Caca dengar.

Di mana Reyhan? Kini pertanyaan itulah yang bersarang di otak Caca. Pertanyaan itulah yang kemudian semakin membuat Caca merasa khawatir.

"Kok tadi berisik banget sih? Dia lagi di mana coba?" gumam Caca seraya menggigit kuku-kukunya.

Tak bisa mendapat jawaban akhirnya Caca memutuskan untuk menghubungi Beno. Barangkali cowok itu tahu di mana dan sedang apa Reyhan saat ini.

Caca mendial nomor Beno dan pada dering ketiga suara Beno pun langsung terdengar.

"Halo! Kenapa, Ca?"

Sama seperti saat sedang bicara dengan Reyhan kini Caca juga mendengar kebisingan yang memekakkan telinganya.

"Lo lagi di mana?"

Beno tampak diam selama beberapa saat. Namun tak berselang lama cowok itu kembali bersuara.

"Lagi di daerah Cempaka Putih."

"Ngap--"

Baru saja Caca akan kembali bertanya namun tiba-tiba terdengar deru motor yang begitu nyaring dan semakin memekakkan telinga. Kecurigaan Caca pun muncul. Ia berani bertaruh kalau sekarang Beno termasuk Reyhan sedang akan melakukan balap liar.

"Kalian mau balapan liar?"

"Cuma bos doang, Ca. Tapi tadi kita udah minta bos buat nggak usah ikut. Sayangnya dia tetep pengen ikut."

"Apa? Maksudnya apa coba?"

"Anak-anak yang lain juga nggak setuju sebenarnya. Apa lagi ini pertama kalinya si bos ikut balap liar. Biasanya dia kalo balapan selalu di sirkuit."

"Gue ke sana sekarang!!"

Tanpa menunggu jawaban dari Beno gadis itu langsung mematikan sambungan telepon. Ia berdiri lalu mengambil jaket di dalam lemarinya. Setelah itu ia kembali mendial nomor seseorang.

"Apa adikku sayang?"

"Anterin gue sekarang. Nggak pake lama!!"

*****

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang