Prolog : Anguish

2.6K 156 21
                                    


Nah..... Enjoy~

.

.

.

                                 ↭♠♠↭

"Kumohon..hiks ayah!! Ampuni aku! Aku berjanji!!  Aku berjanji tidak akan mengatakannya lagi!! Kumohon kumohon hentikan!!"

Plak!

Plak!

"Dasar anak tidak tau diri! Kau harus di hukum!"

Pria itu cukup sering menampar wajah gadis itu, hingga membuat pipinya membiru, isakan tangis nya tak menghentikan tamparan dari ayahnya.

Pria itu menarik paksa lengan gadis itu ke sebuah ruangan, melempar tubuhnya ke lantai.

"Kau akan ku kurung di sini, renungkan kesalahan mu anak sialan!"

BLAM!

Pintu ditutup dengan kuat, gadis itu tetap pada posisi nya, terbaring lemah tak berdaya.

Hanya karena ia tidak sengaja mengucapkan kata 'ibu' ayahnya sampai marah seperti ini.

"Hiks... Ke-kenapa.. Kenapa hidup ku seperti ini... Kenapa ayah tidak menyayangiku... Apa salah ku..Ayah?"

Lirih gadis itu dengan tangis yang tiada hentinya.

.

.

.

Sudah 5 hari, namun pintu tak kunjung terbuka, gadis yang duduk di pojok dinding hanya bisa pasrah.

Ia sudah tidak makan selama 5 hari, rambutnya acak acak an, bajunya penuh dengan kotoran dan debu, wajahnya kusam dan terdapat lingkaran hitam di bawah matanya.

Menyedihkan.

Bila orang² yang melihatnya dengan keadaan seperti ini mungkin akan berpikiran sama.

Ceklek.

"Oh kau masih hidup ternyata, kupikir kau sudah mati"

Pria itu hanya tersenyum sinis, sama sekali tidak peduli dengan putrinya yang hampir putus asa.

"Buatkan aku sarapan"

".....baik ayah" Gadis itu hanya mengikuti perintah, layaknya boneka yang hanya digunakan saat butuh.

"Segera bersiap, aku akan mengantar mu"

Gadis itu hanya mengangguk, makanan di depannya masih utuh, dia hanya menatap kosong ke depan.

.

.

.

Selama perjalanan hanya hening, tak ada satupun yang ingin berbicara, gadis itu hanya diam menatap keluar jendela, dan ayahnya hanya fokus menyetir.

Sesampainya di sekolah, saat gadis itu akan membuka pintu mobil gerakannya terhenti mendengar penuturan dari ayahnya.

"Bersikaplah seperti biasa, keluarga kita harus tampak harmonis di depan publik"

Gadis itu diam sebentar, wajahnya menatap datar ayahnya, lalu mengangguk pelan.

"Baik ayah"

Pria itu hanya menatap dingin, mata permatanya memancarkan kebencian yang dalam.

"Bagus"

Gadis itu keluar dan berjalan menuju gerbang, memasang senyum palsu yang biasa ia tunjukkan.

"Athanasia!" suara seorang gadis memanggilnya dari belakang sambil melambaikan tangannya.

"Jennette?"

Jennette, sepupu Athanasia yang selalu bersamanya semenjak kecil.

"Ayo masuk ke kelas bersama sama!"

Athanasia tersenyum manis, walau hanya kepalsuan, ia harus menunjukkan sisi positifnya.

"Oke! Ayo!!"

Mereka berjalan ke kelas sambil bergandengan, senyum mereka tak luntur membuat para lelaki yang berpapasan terpesona melihatnya.

Kuharap hari ini berjalan baik.

Kalimat itu yang dia ucapkan dalam hati, kalimat yang sama semenjak ia dilahirkan dan tau akan kejamnya dunia.

Kalimat yang sekedar penenang sementara atas semua penderitaan yang dirasakannya.

                                 

.

.

Kembali dengan hasil gabuth nan gaje milikku 😌😌

Gimana? Gimana? 

Pendek?

Awalnya cuman iseng2 aja

Ehh malah kebablasan, dahlah lanjut aja :D

Chapter selanjutnya ku up besok

Atau..... Double up aja? 

Dah dah bubayy~~

14-09-2020

VERGADERINGWhere stories live. Discover now