Part 6; Sebuah perencanaan

2.5K 282 28
                                    


~ jangan lupa votmen ~

Menunggu. Menunggu adalah sesuatu yang sangat dihindari oleh sosok seperti Taehyung. Hampir tiga jam lamanya ia duduk menunggu di koridor rumah sakit.

.
.
.

Tepat pukul satu dini hari ia masih terjaga, menunggu tim medis yang menangani jisoo keluar dari ruangan yang dijuluki Intensive care unit tersebut. Meski raut telah tak dapat ditutupi dari wajahnya, namun ia berusaha tetap terjaga menunggu kabar baik ataupun buruk dari sang dokter.

"Sebenarnya apa yang dilakukan mereka, huh? Apakah butuh waktu berjam-jam untuk menangani satu pasien saja? Bedebah!" umpat Taehyung kesal.

"Apa kau baru saja menyebutku bedebah?" sahut seorang pria berjas putih yang baru saja keluar dari ruangan ICU tersebut.

Taehyung sontak menatap sang pria dengan ekspresi terkejutnya, dia adalah sosok pria yang tidak asing bagi Taehyung.

Dia adalah sosok yang menjadi kaki tangan seorang kim Taehyung dalam urusan medis.

"Eric hyung?" panggil Taehyung lirih.
Sedangkan yang dipanggil hanya tersenyum kecut.

"Jadi, kau yang menangani jisoo?" tanya Taehyung tak percaya.

"Hm, Aku menggantikan shift salah satu rekanku dalam tugas malamnya" jawab Eric sembari memasukan stetoskop kedalam saku jas kedokterannya.

"Bagaimana kondisi jisoo?" tanya Taehyung dengan mimik seriusnya.

"Menurutmu?" tanya Eric balik bertanya. Bahkan dokter tampan tersebut menatap Taehyung dengan tatapan sinisnya.

"Hyung!"

"Kau pikir seorang gadis lemah yang tertembus dengan senjata api, akan berakhir dengan baik-baik saja?" sahut Eric penuh penegasan.

Hening. Taehyung hanya diam saat mendengar ucapan Eric. Tak ada sahutan untuk menimpali perkataan pria bermarga Nam tersebut, rasanya jawaban pria itu begitu menohok-nya.

"Apa gadis itu berhasil melewati masa kritisnya?" tanya Taehyung lagi

"Ya. Kau patut bersyukur. Mungkin jika kau telat membawanya dalam waktu sepuluh menit saja, nyawanya tidak akan tertolong. Dia juga membutuhkan beberapa kantung darah, beruntung pasokan darah dengan golongan O masih memiliki banyak persediaan"

"Apakah aku bisa menemuinya?" tanya Taehyung, penuh penekanan

"Tentu saja, Taehyung. tapi tidak sekarang. Biarkan gadis itu beristirahat dengan cukup"

"Baiklah" balas Taehyung. Guratan kekecewaan tampak jelas di wajahnya, dia kecewa karena tidak bisa melihat kondisi jisoo secara langsung.

Eric menyandarkan punggungnya pada dinding koridor, kedua matanya terpejam erat, raut lelah tak dapat ia tutupi dari wajah tampannya.
Pekerjaan menjadi seorang dokter tidaklah mudah, apalagi saat ini ia terikat dengan salah satu mafia paling ditakuti di korea selatan.

Tentu dia tertekan, rasa lelah tak dapat ia pungkiri lagi. Jika dirinya adalah sosok yang lemah, mungkin ia tidak akan ragu mengiris urat nadinya seperti halnya dengan yang dilakukan kebanyakan pasien yang dijumpainya.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan gadis itu? Kenapa dia sampai mendapat luka parah, seperti itu?" tanya Eric seolah menuntut penjelasan dari pria berdarah dingin di depannya.

"Apakah itu menjadi urusanmu, hyung? Tugasmu hanya mengobatinya, jangan pernah menanyakan sesuatu yang bukan urusanmu" tegas Taehyung

Eric menggeleng-gelengkan kepalanya, butuh kesabaran ekstra saat menghadapi sosok seperti Taehyung. Dia pria yang tempramental, tak mudah membuat pria Kim itu berbicara lembut seperti hal-nya anggota bangtan yang lain.

"Jisoo adalah pasienku, Tae. Aku berhak tahu tentang penyebabnya, agar Aku bisa segera memberikan tindakan untuk mengobati psikisnya yang terguncang" jelas Eric.

Taehyung mendengus sinis saat mendengar penjelasan Eric
"Aku masih belum tahu pasti hyung! Yang jelas. jika dia sudah sadarkan diri, tolong segera kabari Aku secepatnya! dan Aku juga harus pergi sekarang, aku tidak mau berlama-lama lagi ditempat busuk ini. Aku masih punya banyak urusan hyung, jadi aku titip jisoo, kepadamu. Selamat malam!" jawab Taehyung menatap lekat mata Eric sejenak. Menepuk bahunya, kemudian detik berikutnya melangkah pergi dari tempat itu, Meninggalkan Eric yang menatapnya dengan penuh kekesalan.

"Cih, Dasar! Bocah ngak tau diuntung"

*

Fake love... Fake love...

Ponsel Taehyung berdering menggangu tidur nyenyaknya, lantas dengan mata terpejam dan gerakan malas Taehyung meraih benda pipih itu, menyambungkan panggilan tanpa berniat tahu siapa yang menghubungi.

"Ada Apa?" gumamnya serak khas bangun tidur.

Lalu suara seseorang terdengar di sebrang sana

"Woi Taehyung! Kamu ngapain aja hah, daritadi? Aku udah berulang-kali nelpon sejak tadi loh, pasti kamu baru bangun. Iyakan, ngaku aja deh lu! Nyenyak bangat sih, tidurnya"

"Ngapain sih nelpon pagi-pagi begini. Udah ya, Aku ngantuk. Mau sambung tidur lagi hoammm!" sahutnya dengan mata terpejam

"Pasti Kamu lagi ngak dirumah! Kamu ada dimana sekarang, hah?"

"Aku lagi di kantor, semalam Aku ngak pulang. Tapi tunggu. Kok kamu bisa tau?"

"Ya jelas aku tahu lah, orang kami semua sudah sampai, nih di rumah" ucap pria itu dengan nada ngerocos.

Taehyung yang semula terpejam, kini membuka sempurna. Mengambil posisi duduk dan bersandar di kepala sofa "Apa?! Mengapa kalian pulang sekarang. dan tidak beritahu dulu lagi, tugas disana kan masih belum clear!" ujarnya tegas

"Ngak usah banyak omong. Mendingan cepat kemari! Kami sudah tau tentang selak-beluk orang yang telah menyerang jisoo!"

"Apa? Kalian udah tau. Tapi- tapi bagaimana mungkin? Yasudah, kalau begitu tunggu Aku! Aku akan segera kesana sekarang"

*****

Next?.......

🌹kencangin nge-VOTE nya👈👈🌹

&

🏵gas teruss komentnya....🏵

TBC

Between Love Or Revenge [VSOO] ✔Where stories live. Discover now