Part 13; Please, help me!

1.8K 227 27
                                    


~jangan lupa Votmen

Jisoo melenguh kecil saat seseorang membangunkannya secara paksa. Ia mengerjap beberapa kali. Menyesuaikan indra penglihatannya dengan situasi yang ada disekitarnya.

Jisoo menyadari satu hal, ia menyadari bahwa kedua tangan dan kakinya terikat kencang oleh tali. Bahkan mulutnya pun masih tertutup rapat oleh lakban. Hingga ia tidak bisa membuka mulutnya.

Kedua mata jisoo seketika membulat saat menatap seorang pria berpakaian formal sembari masuk kedalam ruangan itu dan melangkah mendekatinya, bahkan pria itu turut mensejajarkan tubuhnya dengan jisoo yang masih dalam posisi terbaring menyamping di atas lantai.

"Selamat sore, nona manis"

Sapaan dengan nada dibuat-buat tersebut membuat jisoo bergidik ngeri. Pria tambun berkepala pelontos itu membelai lembut surai hitam jisoo. Sontak saja gadis itu menggeser tubuhnya ke samping. Menolak belaian pria yang ditaksir berusia 40-an tersebut.

"Sepertinya kau ingin berbicara. Kau ingin mengatakan sesuatu?"

Jisoo sedikit memberontak sembari meraung tak jelas. Ia memberikan isyarat agar orang tersebut membuka lakban yang menutupi mulutnya.

Dengan sekali tarikan kasar, lakban tersebut terlepas dari bibir jisoo, meninggalkan luka berdarah dari kulit bibirnya yang terkelupas. Bahkan jisoo tak kuasa menahan ringisannya saat merasakan perih dibagian tersebut.

"Sebenarnya siapa k-kau? Ke-kenapa kau menculikku" tanyanya parau.

Pria itu tertawa kecil, ia menarik paksa tubuh jisoo, mendudukan gadis itu diatas kursi berbahan besi yang ada di dekatnya.

"Aku park Tae won. Salah satu musuh besar kekasihmu"

"Mu-musuh? Lalu apa kaitannya dengan ku?"

Pria itu tertawa, bahkan suara tawa itu menggema memenuhi ruangan kumuh tersebut.
"Karena kau adalah sumber kekuatan sekaligus kelemahan bagi seorang kim taehyung!" balasnya.

"Apa mak-maksudmu?" tanya jisoo tak mengerti.

Pria itu menyeringai, merasa tertarik dengan gadis manis dihadapannya itu.

"Rupanya dia tidak tau apa-apa, yah. Apa dia memang benar tidak mengingat apapun?!"

"Simpel saja. Aku hanya ingin Taehyung mendatangi tempat ini untuk menjemputmu pulang. Dan saat itu terjadi, kau akan menyaksikan sendiri, bagaimana seluruh tubuh kekasihmu itu akan berubah menjadi mayat mengenaskan" ujarnya sembari mengamati tubuh jisoo dari atas hingga bawah.

Jakunnya terlihat naik turun, lidahnya sedikit menjulur, tatapan matanya tajam bak serigala yang berhasil menemukan mangsanya ditengah hutan.

Tiba-tiba saja pria itu melepaskan ikatan rambut jisoo. Membiarkan surai panjang gadis itu tergerai lurus hingga menutupi hampir separuh wajahnya.

Tae won menggenggam helaian rambut jisoo. menariknya, lalu menghirupnya bagaikan serbuk kokain.

Seketika jisoo memberontak, merasa takut dengan tingkah aneh pria tambun tersebut. Ia merasa terancam dengan posisinya yang sangat tidak menguntungkan. Apalagi saat merasakan tangan nakal Tae won mulai bergerilya meraba punggung dan bahunya.

Plakk....

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, bersamaan dengan itu jisoo berhenti memberontak. Tae won mengangkat paksa wajah jisoo, menelisik setiap inch wajah gadis itu dengan tatapan liarnya.

"Sial!" umpatnya.

Tae won berubah pikiran. Apa lagi saat melihat tubuh jisoo yang begitu menggiyurkan dimatanya, sekaligus membangkitkan libidonya sebagai seorang pria normal.

Pria mana yang tidak tertarik melihat tubuh sempurna jisoo? Memiliki tubuh yang ramping, kulit yang putih seperti susu, bibir yang sensual, paras yang manis, serta mata yang berkilau adalah harapan bagi setiap kaum pria.

Terlintas dibenak Tae won untuk membalaskan dendamnya kepada Taehyung. Dengan adanya gadis ini, ia bisa menghancurkan Taehyung. Menyerang hati pria itu akan berdampak pada lemahnya kepemimpinan Taehyung terhadap Bangtan.

Dan jika hal itu terjadi, maka Tae won akan merasa sangat puas. Ia ingin seorang kim Taehyung menjadi lemah tak berdaya, saat mengetahui gadisnya disetubuhi oleh musuh bebuyutannya sendiri. Dan itu akan menjadi cerita dramatis yang ingin ia saksikan tak lama lagi.

Namun secara tak terduga, jisoo meludahi wajah pria itu, Membuat pria bertubuh tambun itu refleks melayangkan pukulan keras di pipi kanan jisoo.

Tae won kembali menjambak rambut jisoo. Sedangkan tangannya yang bebas, ia gunakan untuk mencengkram rahang gadis itu.

"AKH!" jerit jisoo.

"Kau berani melakukan itu padaku? Dasar gadis jalang! Akan kubunuh kau!" ucapnya seraya memberikan pukulannya secara membabi buta di sekujur tubuh jisoo.

"AAAAAKH-" Jisoo menjerit pilu, tangisannya semakin keras dan menggema. Sebuah tangisan yang menandakan bahwa ia merasa tersakiti.

Tubuhnya mulai limbung, ia terjatuh dari kursi yang didudukinya, terkapar di atas lantai keramik yang lembab dan dingin.

Belum berhenti sampai disitu, jisoo harus kembali memekik, saat Tae won melepas ikatan tangan dan kakinya. Lalu sengaja menginjak pergelangan bahunya yang terluka.

"Hen-hentikan! Ku-kumohon hikss"

Pukulan, tendangan, tamparan, bahkan cekikan telah jisoo rasakan. Tae won melakukan seluruh penyiksaan itu tanpa belas kasihan. Ia seperti kesetanan, terlalu kalap hingga tak bisa menghentikannya.

"Ini akibatnya jika kau berani meludahi wajah park Tae won!" desisnya.

Jisoo menangis lebih kencang dari sebelumnya. Luka yang dibalut dengan kain kasa putih itu mengeluarkan darah segar yang juga mengotori balutan kain tersebut. Hal itu dikarenakan luka jahitan dibahunya yang belum mengering, dan harus kembali robek akibat injakan Tae won.

Jisoo tidak tahan lagi, tubuhnya terasa menggigil. Apalagi saat menahan rasa sakit yang semakin dahsyat.

Kesadaran jisoo mulai menipis, kepalanya terasa berputar. Jisoo ingin penyiksaan ini segera berakhir, ia tidak sanggup lagi. Belum lagi rasa sakit diperutnya yang membuatnya seakan sedang menemui ajalnya. Jisoo sekarat, sekujur tubuhnya rasanya seperti dikoyak.

Rasanya lebih baik mati saja.

Tae won menghentikan aksinya. Sejenak, ia menatap kondisi jisoo yang terlihat cukup mengenaskan. Wajahnya dipenuhi lebam dan memar, juga darah kering disekitar bibirnya, pelipis, dan jahitan di pergelangan bahu yang robek serta mengeluarkan darah segar.

Mengenaskan, namun ia puas!

Tak lama ia beranjak dari ruangan tersebut. Memutuskan untuk membiarkan gadis itu menikmati sisa-sisa rasa sakit yang ia ciptakan tadi.

Tidak peduli, jika gadis itu tengah sekarat ataupun mati nantinya.

To be continue

***

Aku ada niatan mau *double* up, tapi ngingat voting yang tidak seberapa, aku jadi ngurungin niat.

Tapi jika kalian mau, kalian bisa kencangin nge-VOTMEN.
Dan aku janji, akan up besok pagi.

Ngak sulit kok buat aku bahagia.
Cukup tekan *Vote* dan beri komentar, saran, atau support sebanyak-banyaknya.
Agar aku semakin semangat nulisnya, dan semakin cepat UP-nya....

Between Love Or Revenge [VSOO] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang