Chapter 18 : Towards Ear

3.4K 441 21
                                    

Update setiap hari!!! Young Adult Story!!!

Warning 17+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

***

Terima kasih untuk antusiasnya kalian yang komen, vote, dan membagikan cerita ini. Kalo dari kalian ada lagi yang nggak bisa buka chapter, langsung komen, ya. maaf atas kenyamanan atau ketidaknyamanan selama membaca, haha

***

Jales menggigit bibir bawahnya, ia mengerti betul arti pernyataan Gama. Kali ini ia menimbang, perlu tidaknya rasa ingin tahu terus diikuti.

"Meski lo kaga sama-sama gue lagi nanti, lo kaga bisa pergi."

Namun ... Jales kan, penasaran. Lalu, bagaimana pembaca yang budiman? Kalian masih penasaran?

***

"Mari tertawa, untuk orang-orang yang bingung dengan perasaannya, kalian tidak sendiri, saya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mari tertawa, untuk orang-orang yang bingung dengan perasaannya, kalian tidak sendiri, saya juga."

__My Favorite Gama__

***

Ada yang bertanya-tanya bagaimana dengan Intan? Kalau begitu, maafkan Gama Bhayangkara, semalam ia memang sengaja tidak langsung menjelaskan.

Tentang kenapa Jalesveva Alfa ke rumah gerombolan diantar Abdi dan Imam naik mobil, sementara tiga lainnya mengendarai motor masing-masing untuk mengawal. Jales seperti putri kerjaan yang sedang terancam, begitulah kata Imam dan Abdi semalam.

Mulanya, keadaan tenang. Bahkan Jales masih belajar di kamarnya dengan tekun.

Meski hati gadis itu meronta-ronta tanya, tentang keadaan Gama dan kenapa ia langsung pergi setelah pemberitahuan Intan dibawa

Dibawa siapa? Ke mana? Yang paling mengusik adalah, kenapa Gama terlihat sangat peduli, hingga segera berganti pakaian dengan yang lebih rapi, kemudian pergi lagi.

Namun, tiba-tiba pintu kamar Jales diketuk, Abdi, Imam, dan Ganang, sementara di bawah sana ia lihat Rico melongokkan kepala ke luar pintu apartemen.

"Ayo pergi, ini perintah Gama." Kurang lebih, begitu kalimat Imam kala itu.

Karena ada embel-embel perintah Gama, jadi Jales tidak banyak bertanya. Segera keluar hanya dengan ponsel di tangannya. Ia mana mengerti kalau akan tinggal lama, hingga Ganang dan Abdi masuk membereskan keperluan sekolah Jales ke ransel keduanya. Sementara Imam menyelimutinya dengan jaket jeans cowok itu yang harumnya tidak terlalu menyengat dan kayu-kayuan, sejenis milik Chanel, entah itu tiruan atau sungguhan.

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang