Chapter 21 : Malignant

3.3K 434 39
                                    

Update setiap hari!!! Young Adult Story!!!

Warning 17+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

***

Terima kasih untuk antusiasnya kalian yang komen, vote, dan membagikan cerita ini. Makasih Gaes, kalian udah nungguin. Tapi, gue lupa update semalem, sorry yak. Ini hari akan ada dua kali update, jadi tungguin. Yang di bab selanjutnya mau dikasih yang iya-iya kaga? Bunuh diri gue haha.

***

Gama terkekeh, merasakan siksaan kulit Jales di tubuh panasnya. Ia tahu, malam tidak akan terlewati begitu saja. Namun, entah kenapa ia mau repot-repot lagi menahan diri.

Memilih meraih selimut untuk menutupi tubuh keduanya, mengusap rambut hingga bahu Jales akhirnya gadis itu lelap. Menaikkan lengan baju Jales yang memperlihatkan tali bra merah mudanya.

"Lo resmi milik gue, Jales." Gama mengusap lagi tanda merah di leher Jales. Entah kenapa, ia puas. Semakin puas saat Jales menyetujui, bahwa besok boleh lagi. Namun, Gama tidak semurah itu, ia akan lakukan lebih dari ini.

***

"Ini Gama dan dunianya, sementara aku terjebak di antaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini Gama dan dunianya, sementara aku terjebak di antaranya."

__My Favorite Gama__

***

Datang, mendekat untuk berbisik kepada pria tinggi yang duduk dengan beberapa kartu domino di tangannya.

"Segera beli tanah itu."

"Dia cuma mau jual ke Gama."

"Kenapa nggak kita serang aja sih, si Gama? Bisa bahaya kalo tanah itu ada di tangan dia, kita bisa kehilangan daerah lagi." Boleh dibilang pembukaan yang sedikit menegangkan.

"Nggak bisa, Bos." Menunduk, terduduk diintimidasi pria di hadapannya yang rasanya siap mengamuk.

"Kenapa nggak bisa?"

"Kawasan rumah gerombolan itu ketat, Bos. Di depannya ada pesantren, abis itu kebon durian." Samsul berdiri saat orang di hadapannya bangkit, berjalan mondar-mandir.

"Bagus kalo gitu, kan?" Prana, masih ingat? Cowok itu yang sedang berargumen sekarang.

"Nggak bagus sama sekali, Bos. Pesantren di sana terkenal sama dukun sunatnya. Mereka ada di pihak Gama, Bos." Prana lihat jakun Samsul naik turun.

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang