Chapter 42 : Peace

3.1K 382 119
                                    

Update setiap hari!!! Young Adult Story!!!

Warning 17+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

***

Baiklah, selamat membaca sodara-sodara yang budiman.

***

"Emang lo bisa?" Namun, bagi Gama lebih tepat untuk menggoda Jales di saat-saat seperti ini.

"Enggak, tapi kalo yang itu Jales juga nggak bisa." Bibirnya sudah bergetar pemirsa.

Jadi, Gama anggap ini waktu yang tepat untuk mengatakan, "Gue ajarin mau, nggak?"

***

"So, will be a romantic person, right?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"So, will be a romantic person, right?"

__My Favorite Gama__

***

Lantas penghenti kegiatan Gama mengajari Jales adalah ketukan pintu dan suara tengil Abdi yang mengatakan bahwa Jales akan ada kelas online.

Gama akhirnya mendapatkan apa yang ia mau sedangkan Jales yang melihat akibat perbuatannya jadi menahan malu.

Tadi, Jales sempat ragu-ragu bertanya bagaimana Abdi tahu tentang kelasnya, karena ponselnya sudah hancur di tangan Gama.

Ternyata Abdi memang anggota Gama yang paling sigap, tanpa disuruh pun ia membelikan ponsel baru setelah melihat bangkai ponsel Jales di tong sampah, menyalinkan semua informasi dari email Jales, sementara penyalinan berkas-berkas masih dalam proses perbaikan di tangan orang pintar.

"Sombongggg." Satu dan dua, antara Abdi dan Imam yang tidak terima melihat betapa sangat inginnya Gama memperlihatkan hasil perbuatan Jales di bagian tubuhnya.

"Iya, mentang-mentang udah baikan diliatin semua auratnya." Ternyata berita tentang suasana rumah gerombolan yang mulai damai sudah tersebar. Tempat itu kembali ramai, ada Fahri yang beberapa hari dapat tugas bersama Alex mengurus kolam satu miliar milik Pak Darmaji bahkan sudah berani kembali.

Si Bhayangkara hanya melirik malas teman-temannya, malah lebih sibuk mentap balkon kamarnya.

"Kaga bakal ilang kali, Bos." Ganang yang baru saja datang akhirnya mendekat setelah memarkirkan motor Gama yang ia pinjam.

"Udah adem nih, ya." Diikuti Farhat yang berjalan bersama Kaisan dengan kresek di tangan keduanya.

"Apa tuh?" Rico bertanya setelah keluar dari garasi dengan bola yang ia giring dengan ahli.

"Obat, kan kemaren obat di sini abis pasca perkelahian akibat Bos ngamuk besar." Kaisan terkekeh melihat Gama dengan santai berdiri, ikut bersama Rico menggiring bola. "Tapi, kayaknya udah ayem ya, hawa-hawanya."

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang