Chapter 28 : The Power of The Queen

3.3K 448 26
                                    

Update setiap hari!!! Young Adult Story!!!

Warning 17+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

***

Gue kaga lupa update Gaes, gue cuma sedang di gunung gunungan kemaren, jadi kaga update. Sorry sorry. Tapi, seneng aja kalian ngingetin gue untuk update. Gue mau banget update banyak malem ini, tapi gue baru nyampek. So, ini seadanya aja yak. Sorry gaes. But, boleh dong gue tau siapa aja yang nunggu?


***

"Kalo aja gue kaga inget lo siapa, Jales. Kalo aja gue nggak inget lo masih kecil." Gama kemudian mencuri satu kecupan di bibir Jales. "Lo pasti udah gue garap!"

Kemudian membanting pintu kamar mandi sampai lutut Jales lemas.

Berarti ... Gama suka padanya, kan?

***

"Abu anaknya Abah, yang kalo telat bangun tititnya dipotong lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abu anaknya Abah, yang kalo telat bangun tititnya dipotong lagi."

__My Favorite Gama__

***

"Engkau yang cantik, engkau yang manis, engkau yang manja ...." Jales tersenyum ceria mendengar Abu yang akhirnya mau menyapanya secara langsung, bahkan menyanyikan lagu yang membuat Jales bahagia saat malamnya hancur karena Gama.

Pagi-pagi sekali Jales bangun, padahal semalam ia tidur terlalu larut. Tidak tahu kenapa Jales merasa tidak tenang.

Bukan tanpa alasan, semua karena Gama tidak di sampingnya. Padahal Jales yakin Gama tidur lebih larut darinya. Karena sampai di rumah cowok itu sudah ditunggu beberapa anggotanya.

Namun, Jales yakin semalam Gama masih sempat lelap di sampingnya, masih memeluk Jales dengan hangatnya. Entah kapan perginya.

"Abu pagi-pagi kok udah di sini? Nggak dimarahin mamanya?" Jales tersenyum lagi saat Abu memberikannya segelas teh hangat.

"Gue malah akan dimarahin kalo bangun kesiangan." Abu terkekeh melihat Jales yang menggigit bibir menatap gelasnya. Seakan sangat ingin meminum, tetapi asap mengerikan masih bertebaran menandakan panasnya.

Cowok dengan kacamata bundar di atas hidung mancungnya itu akhirnya meraih kembali gelas Jales, meniupnya beberapa saat mengundang senyum manis Jales dari bibirnya yang semakin merah.

"Abah gue galak, Jales. Kalo gue telat salat subuh, bisa disunat lagi." Abu mengembalikan gelas Jales, kemudian tawanya menggelegar melihat pipi Jales memerah karena perkataannya.

"Eh, lo kan, Nyonya Besar sekarang, pernah nggak lo liat tato di pergelangan tangan Bos?"

Jales mengerutkan kening? Tato lainnya? Di pergelangan tangan Gama Bhayangkara? Jales tidak tahu bahkan kalau ada, karena cowok itu selalu menutupinya dengan jam tangan mahal yang enggan Jales rusak karena harganya bikin ngeri.

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang