Awal kepala dua nyatanya tidak hanya membawa kegembiraan akan anggapan menjadi dewasa yang penuh kebebasan, tetapi juga membawa dua sahabat dalam berbagai ketakutan. Wening yang takut menikah muda, sedangkan Tifanny takut tak bisa mempertahankan pernikahannya. Sampai panggilan mudik Ramadhan kembali mempertemukan mereka. Di kampung halaman, keduanya mengurai semua keresahan. Mencoba mengeratkan cinta untuk diri sendiri, sahabat, dan pasangan. Sampai menemukan cahaya untuk keluar dari segala ketakutan. Novel kolaborasi dengan Toetik Hidhayah