10. Saudara Tiri

187 64 250
                                    

"Kehadirannya yang selama ini ditunggu-tunggu, akankah berbuah manis atau justru pahit?"

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Kehadirannya yang selama ini ditunggu-tunggu, akankah berbuah manis atau justru pahit?"

~Vanda Anindita Raharja

Selamat membaca semua, semoga suka dengan cerita ini.

.
.

Vanda Anindita Raharja, atau yang sering disapa Vanda itu kini tengah meneteskan air matanya, saat berada di dalam taksi yang mengantarkannya ke sekolah. Begitu sampai di sekolah, dia segera menghapus jejak air matanya agar tidak ada yang memandangnya aneh.

Koridor sekolah pun sudah ramai murid yang berlaku lalang, sebab bel masuk tinggal beberapa menit lagi dibunyikan. Sebenarnya Vanda berniat untuk membolos, tetapi berhubung ada ulangan matematika, mau tidak mau dia urungkan niatnya itu.

"Van, tumben lo dateng hampir bel gini?" tanya Raisa yang melihat Vanda meletakkan tasnya di sampingnya.

"Gak papa." Hanya itu yang terdengar dari telinga Raisa.

Ingin bertanya alasannya, sepertinya waktu tidak mendukung. Bel sekolah telah dibunyikan. Tak lama setelahnya guru yang mengajar tiba-tiba saja sudah berada di ruang kelas.

Pelajaran matematika berjalan dengan lancar, semua murid di kelas XI IPS 4 mengikuti ulangan harian. Terdengar helaan napas begitu bel istirahat berbunyi.

Vanda, dan kedua sahabatnya berjalan beriringan. Namun, ketika melewati kelas XI IPA 1, Naila berpisah untuk menghampiri Gavin.

Ketika sudah berada di kantin, mereka berenam segera memesan makanan. Siapa saja itu? Mereka tak lain adalah Vanda, Naila, Raisa, Gavin, Raka, dan Dimas.

"Van, lo tumben diem. Lagi ada masalah?" tanya Raisa untuk memecahkan keheningan yang terjadi, karena sedari tadi mereka hanya fokus pada ponselnya masing-masing, terkecuali Naila yang asik memakan makanannya.

"Gak usah ditanya, Sa. Dia itu emang biangnya masalah," celetuk Dimas yang masih menatap layar ponselnya.

"Lo bisa diem? Gue lagi males debat sama lo!" gertak Vanda.

Dimas menyentuh kening Vanda. "Lo gak panas, tumben lo gak debat sama gue? Lagi sariawan lo?"

"Bilang aja lo kangen celotehan Vanda 'kan?" goda Naila sambil mencolek dagu Dimas.

Brak!

Vanda bangkit dari duduknya, setelah mengebrak meja cukup keras. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa dia terlihat seperti orang yang lagi ada masalah.

Naila yang melihatnya merasa bersalah, apa tadi dia salah berucap, sehingga membuat Vanda pergi tiba-tiba. Ketika dia ingin bangkit dari duduknya, suara Gavin menghentikan pergerakannya.

Ganai Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ