18. Apa yang terjadi?

101 17 0
                                    

"Jari ini mencoba untuk mengetik, otak berusaha berpikir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jari ini mencoba untuk mengetik, otak berusaha berpikir. Memikirkan kelanjutan kisah ini."

~AzkaAzkia21

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini.

.
.

Pikiran Naila dipenuhi dengan tanda tanya, padahal semalam dia merasa senang begitu Gavin telah memaafkannya. Walau sekarang, Gavin tidak memberitahu alasannya mengapa hari ini dia tidak berangkat ke sekolah.

Dengan wajah yang tertekuk, kaki yang dihentakkan pada lantai koridor sekolah, membuat Naila menjadi pusat perhatian. Apalagi rambutnya sekarang dia kuncir asal-asalan, dan seragam yang mencuat keluar.

"Nai! Kenapa wajah lo kusut begitu? Gak sarapan ya lo?" tanya Vanda begitu Naila memasuki kelas.

"Sarapan."

"Ya terus kenapa lo kaya gak semangat gitu?"

"Gue cuma bingung aja, tumben Gavin gak berangkat sekolah, dan dia juga gak kasih tahu alasannya."

Vanda tersenyum. "Sekarang gini, deh. Lo beneran gak ada rasa sama Gavin selain sahabat?"

"Gak!"

"Gak yakin gue. Secara lo sama dia udah deket banget gitu, nempel terus kaya lem. Cerita dong, sekarang kan kita saudara."

"Beneran gak ada apa-apa, Van."

Vanda kembali pada bangkunya di sebelah Raisa yang saat ini tengah terlihat sibuk pada ponselnya. Akhir-akhir ini, Vanda merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sikap Raisa. Entah itu hanya perasaannya saja atau memang benar, ada sesuatu yang Raisa sembunyikan.

Sikap Raisa seolah berubah menjadi tertutup, bahkan dia jarang keluar dari kelas. Jika ditanya alasannya, dia menjawab 'tidak ada apa-apa'. Saat Naila ataupun Vanda mendesaknya, Raisa justru pergi begitu saja.

(Back to topic)

Bel sekolah belum juga berbunyi, padahal waktu telah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Namun, tiba-tiba Pak Irwan memasuki kelas XI IPS 4.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pagi."

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Pagi, Pak."

Spontan Naila mengangkat tangannya. Membuat seisi kelas memperhatikannya, dengan tatapan bertanya-tanya.

"Iya, Naila?" Tumben Pak Irwan berbicara lembut pada Naila.

"Pak Irwan gak salah kelas 'kan? Bukannya hari ini harusnya Bu Ani, wali kelas dari kelas ini?"

"Saya tidak salah kelas, Bu Ani meminta saya untuk mengantikan beliau mengajar kelas ini."

Naila hanya menanggapinya dengan tersenyum. Mood-nya benar-benar buruk, pikirannya terus saja tertuju pada Gavin.

"Naila! Kamu memperhatikan saya atau tidak!" bentak Pak Irwan begitu melihat Naila yang melamun, apalagi dia duduk sendirian di bangku belakang.

Ganai Where stories live. Discover now