13. Kejadian Tak Terduga

168 58 227
                                    

"Kerinduan yang selama ini membelenggu hati, perlahan bisa terlepas setelah waktu berjalan sekian lamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kerinduan yang selama ini membelenggu hati, perlahan bisa terlepas setelah waktu berjalan sekian lamanya."

~Naila Arasya Bastindria

"Melihat senyum kebahagiaan dari wajahnya, waktu seolah berhenti agar bisa terus menatap senyuman itu."

~Samuel Regan Rajendra

"Penantian yang selama ini dicari, penantian yang tak bisa dibilang singkat, akhirnya hal itu terjawab hari ini."

~Gavin Sanjaya Putra

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini.

.
.

"Mama, Nai kangen banget sama mama, kenapa baru sekarang hiks ... Nai bisa lihat mama?" tanya Naila yang masih dengan posisi memeluk itu, tangisannya ikut pecah.

"Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba meluk saya?"

Deg!

"Vanda, dia siapa?" tanya Riana-mama kandung Naila.

Vanda yang ditanya hanya terdiam, tanpa berniat membuka suaranya. Sementara Naila sudah terjatuh ke pelukan Gavin. Tentu saja hal itu mendapat lirikan tajam oleh Samuel yang notabenenya adalah pacarnya.

Hancur sudah hati Naila begitu orang yang selama ini dia rindukan, justru melupakan dirinya. Air matanya tak lagi dapat dibendung. Awan pun tampak terlihat mendung, hujan sepertinya akan segera turun.

"Mama, ini Naila anak kandung mama. Masa mama lupa sama, Nai."

Gavin berdiri setelah melepas pelukan Naila, hal itu dimanfaatkan oleh Samuel yang berganti memeluk Naila.

"Mama Riana. Ini Gavin, Mah. Anak kecil yang dulu sering main sama Naila, sampai-sampai ikutan panggil tante Riana jadi mama."

"Gavin? Siapa lagi itu? Saya benar-benar merasa tidak pernah kenal dengan nama itu, apalagi dengan yang namanya Naila."

Perkataan Riana semakin membuat Naila menangis tersedu-sedu. Rintisan hujan akhirnya turun, menyaksikan dia dengan air mata yang sudah mengalir kemana-mana. Namun, anehnya disaat mengapa Vanda justru terlihat biasa saja, dengan wajah seperti orang yang menahan tawanya.

Riana membuka kacamatanya, lalu mengelus pucuk kepala Naila dan membangunkannya dari posisinya saat ini yang tengah duduk.

"Mah, ini Naila Arasya Bastindria. Anak mama!"

"Saya tidak pernah kenal dengan nama itu!"

"Kenapa mama ngomong kaya gitu?"

Riana terdiam. Dia kembali memasang kacamata hitamnya. Lantas menarik Vanda.

"Di sini saya hanya mengenal Vanda. Calon anak saya."

Bolehkah saat ini Naila iri pada Vanda? Mengapa justru mamanya melupakan dia. Apa sebenarnya memang dia tak bisa lagi merasakan kasih sayang seorang mama yang dirindukannya? Sudah cukup, Naila bangkit hendak berlari membelah jalanan yang sudah penuh dengan genangan air, tetapi Gavin justru mencegahnya.

"Nai, ini lagi hujan."

"Biarin gue pergi, Vin! Gue mau sendiri."

Saat Naila melepas paksa tangan Gavin yang mencegahnya, gantian Samuel yang menarik tangannya sampai dalam dekapannya. Tak sengaja juga dia menatap bola mata Samuel untuk dua menit lamanya, semua orang yang ada di tempat kejadian hanya bisa memperhatikan mereka berdua.

"Dengerin gue, Nai. Lo bisa sakit kalo lo maksa buat hujan-hujanan, apalagi ini deres banget," ujar Samuel lembut.

Naila justru menonjok pelan perut Samuel. Hampir saja dia pergi. Namun, seseorang kembali mencegahnya. Orang itu tak lain adalah Riana-yang saat ini tengah memeluknya.

Riana kembali melepas kacamatanya lalu dia serahkan pada Vanda. "Maafin mama, Naila. Mama tadi hanya bercanda. Sebenarnya mama juga kangen banget sama kamu. Mama minta maaf udah ninggalin kamu selama bertahun-tahun, mama tahu kalau mama ini bukan mama yang baik buat kamu, sekarang kamu boleh marah sama mama sepuas yang kamu mau." Air mata Riana turut ikut serta turun membasahi pipinya.

Naila membalas pelukan itu dengan sangat erat, mencurahkan segala rindu yang selama ini membelenggu hatinya. Ternyata kejadian tadi, hanyalah prank semata, walau kejadian tadi terasa nyata baginya.

"Nai, gak mungkin marah sama mama. Nai cuma kecewa, kenapa mama pergi dari rumah, tinggalin Naila yang bahkan masih anak kecil umur lima tahun?"

Riana terdiam dalam isak tangisnya.

"Maafin gue juga ya, Nai. Prank ini semua itu rencana gue," celetuk Vanda yang sedari tadi diam sambil menahan tawanya.

Naila hanya tersenyum ke arah Vanda. Bukan saatnya untuk kesal dengannya, karena berkat dia juga saat ini dirinya bisa bertemu bahkan memeluk kembali mamanya.

Riana melepas pelukan itu, lantas beralih menatap Gavin. Tidak disangka bertahun-tahun lamanya, dia tidak bertemu dengan anak kecil yang selama ini bersama Naila. Ternyata kini sudah tumbuh menjadi laki-laki yang tampan.

"Ini beneran Gavin?" tanya Riana.

"Iya, Mama Riana. Ini Gavin. Oh, ya Gavin masih boleh gak nih panggil mama?"

"Ya bolehlah. Pasti kamu selalu jagain Naila 'kan? Terus-terus kalian berdua sekarang sudah pacaran, ya?" goda Riana pada Naila dan Gavin yang justru saat ini saling beradu pandang.

Sudah bisa dipastikan Samuel merasa panas mendengar perkataan itu.

"Mah, Gavin itu sahabat Naila, bukan pacar."

"Lho, mama kirain kalian berdua pacaran. Habisnya dulu waktu kecil gak mau pisah."

Gavin tertawa mendengarnya. Kenyataannya memang benar adanya seperti yang dikatakan Riana.

Samuel tiba-tiba maju lantas memperkenalkan dirinya dan statusnya yang sebagai pacar dari Naila. Seolah-olah dia ingin dianggap keberadaannya.

Riana yang mendengarnya justru menahan tawanya, karena dia tidak menyadari perkataannya tadi membuat pacar asli anaknya cemburu.

Hujan mulai reda. Kini Naila, Vanda, Raisa, dan tentunya Riana sudah berada di mobil milik keluarga Vanda yang akan mengantarkan mereka pulang. Sementara para cowok mengendarai motornya masing-masing.

Naila ingin membawa pulang mamanya, tetapi malah menolak dengan alasan belum siap untuk bertemu papanya. Sebab kejadian di masa lalu itu karena kesalahpahaman.

Dimana Riana salah menuduh Bastin yang selingkuh. Kenyataannya itu semua hanyalah akal-akalan dari Rio sahabatnya sendiri, yang menginginkan perpisahan ini. Entah apa motif Rio tega yang memfitnah suaminya berselingkuh, ralat mantan suaminya karena setelah dia memutuskan meninggalkan rumah, beberapa hari kemudian dia menjatuhkan surat permohonan cerai pada Bastin.

.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak buat kenang-kenangan, karena itu sangat berarti banget. So, tunggu apa lagi?

Terima kasih juga buat kalian yang udah Vote & Coment di cerita ini.

Boleh juga kasih saran & masukannya.

Boleh juga kasih saran & masukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ganai Where stories live. Discover now