12. Peluk Rindu

121 23 1
                                    

"Pelukan yang selama ini dinanti, setelah bertahun-tahun terpisah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pelukan yang selama ini dinanti, setelah bertahun-tahun terpisah. Peluk rindu seorang anak kepada wanita yang mempertaruhkan nyawanya, demi sang anak melihat dunia. Namun, mengapa pelukan itu justru menorehkan luka?"

~Naila Arasya Bastindria

Selamat membaca semua, semoga suka dengan cerita ku ini.

Sebelum lanjut, aku mau mengucapkan ....

Selamat tahun baru 2021 🎆🎆🎆

~Happy New Year All~

.
.

Penantian yang selama ini Naila nantikan, sebentar lagi akan terwujud. Saat dimana dia sangat merindukan mamanya. Buktinya senyum tak henti-hentinya terbit di wajahnya.

"Naila, kamu yakin masih mau ketemu sama mama?" tanya Bastin yang tengah memakai jasnya.

"Yakin, Pah. Jangan bahas yang udah berlalu, Pah. Pokoknya papa setuju atau gak, Nai akan tetep ketemu sama mama!" jawab Naila sedikit membentak.

Naila berkata seperti itu bukan tanpa alasan, melainkan semalam setelah Vanda pulang dia menceritakan pada papanya. Mau tahu bagaimana responnya? Jelas papa tidak mengijinkan dirinya untuk bertemu kembali dengan mamanya setelah sekian lama berpisah. Sampai-sampai dia hampir saja mendapat tamparan dari papanya. Namun, setelah memohon berulang kali akhirnya dia mendapat ijin.

Yah, walaupun belum sepenuhnya Naila mendapat ijin, lihat saja perubahan papanya yang tiba-tiba dingin padanya. Padahal biasanya selalu saja menanyakan kegiatan di sekolah atau apapun itu ketika sarapan.

"Kalo gitu, Nai berangkat sekolah dulu, Pah."

"Gak sarapan?"

"Di kantin aja deh, Pah."

Naila berjalan gontai ke arah pintu keluar, meskipun dia masih tersenyum. Langkah kakinya serasa berat untuk melangkah, karena waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi. Masih terlalu dini hari untuk ke sekolah baginya.

Sementara di luar sudah ada Samuel yang bertengger di motornya, sesekali menatap pantulan dirinya dari kaca spion, dan menata rambutnya dengan tangannya. Begitu melihat Naila yang keluar dari rumahnya, dia segera menghampirinya dengan tangan satunya membawa helm.

"Nih, Nai lo pake. Habis itu kita berangkat," ujar Samuel.

"Kita? Lo aja kali, gue biasanya bareng Gavin. Gavin! Buruan lo keluar!" teriak Naila ke arah rumah di sebelahnya.

"Dia udah berangkat tadi, percuma lo teriak gak jelas gitu."

Naila seakan tidak mempercayainya. "Masa sih? Tumben dia ninggalin gue?"

"Gue udah bilang sama dia kalo lo berangkat sama gue. Lagipula lo 'kan pacar gue." Samuel menaik turunkan sebelah alisnya dengan satu tangan dia masukkan ke saku celananya.

Ganai Where stories live. Discover now