25. Apa! Dijodohin?

161 31 97
                                    

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini.

.
.

Pelangi datang, menghiasi langit setelah semalaman diguyur oleh hujan. Warna-warna itu tampak indah ketika disatukan, tetapi sayang pelangi jarang menampakkan keindahannya, sekali tampak tak membutuhkan waktu lama untuk kembali menghilang. Udara yang sejuk pun seakan menambah suasana pagi ini.

Dengan handuk yang masih melekat di tubuhnya, Gavin membuka lemari mengambil kemeja yang akan dipakai. Hari  ketiga PAS, dia tidak bisa mengikutinya mungkin sampai hari terakhir. Sebab dirinya akan mengikuti olimpiade IPA tingkat nasional. Apalagi hal itu diselenggarakan di luar kota, mengharuskan dia untuk tinggal di sana dalam beberapa waktu ke depan. Semua persiapan telah disiapkan semalam, hanya saja untuk saat ini pikirannya tertuju pada satu orang, Naila. 

Waktu tepat menunjukkan pukul lima pagi, usai berpenampilan rapi. Gavin memutuskan untuk pergi menemui Naila. Semoga saja Naila sudah bangun dari tidurnya. Namun, Gina tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Mau ke mana Gavin? Sudah mau berangkat?" tanya Gina.

"Belum, Mah. Gavin mau ke rumah Naila sebentar."

"Oh, ya, kalau begitu sekalian ajak Naila sama papanya ke sini. Sudah lama kita gak sarapan bareng. Mama denger juga, Bi Ijah lagi pulang kampung," ungkap Gina dengan tangan yang memegang bahu kiri Gavin. Dia pun lantas mengangguk paham.

Begitu Gavin keluar rumah, dia melihat Naila yang tengah melakukan gerakan pemanasan di depan rumahnya. Dengan keringat yang mengalir di pelipisnya, hal itu menambah aura kecantikannya.

"Eh, Vin. Lo udah mau berangkat sepagi ini? Bukannya semalam lo bilang jam tujuh baru berangkat?" tanya Naila.

"Iya gue berangkat jam tujuh, gue ke sini mau ajak lo sama Papa Bastin buat sarapan bareng."

Sebenarnya selain itu ada hal lain yang ingin Gavin bicarakan, tetapi dia mengurungkan niatnya.

Mendengar kata yang berhubungan dengan makanan. Naila segera masuk ke rumahnya, lalu memanggil papanya yang sedang minum kopi di halaman belakang.

---o0o---

Berkumpul menjadi satu, dengan di tengahnya berbagai makanan yang menggugah selera. Di sana ada keluarga Gavin lengkap dan Naila berserta papanya.

"Naila makan yang banyak, kita sudah jarang sarapan seperti ini," ujar Reno—Papa Gavin.

"Iya, Papa Reno. Naila juga kangen kaya gini. Apalagi masakan Mama Gina enak banget."

Gina yang mendengarnya tersenyum, lain halnya dengan Reno yang mengusap pucuk kepala Naila.

"Oh, ya Bas! Bagaimana di kantormu? Pekerjaan semua lancar?" tanya Reno pada Bastin.

"Lancar. Kalau kamu sendiri, Ren?"

Reno hanya membalasnya dengan anggukan sekali, kemudian dia memasukkan sesendok makan dan berlanjut seterusnya.

Hingga terjadi keheningan, dentingan sendok pun minim terdengar. Mereka fokus pada makanannya masing-masing, kecuali Gavin yang justru menatap Naila. Tentu saja hal itu tak luput dari penglihatan Nadira.

Ganai Where stories live. Discover now