17. Rumah Pohon

148 48 207
                                    

"Bukan hanya soal ucapan, melainkan perlu adanya pembuktian untuk mencapai tujuannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukan hanya soal ucapan, melainkan perlu adanya pembuktian untuk mencapai tujuannya."

~Naila Arasya Bastindria

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini.

.
.

Hujan deras mengguyur tubuh Naila, dia saat ini tengah menikmati derasnya hujan di depan rumah, dengan piyama yang masih melekat di tubuh. Padahal Bastin sudah melarangnya, tetapi dia tetap saja tidak menurut padanya.

Terhitung, sudah setengah jam lebih Naila berada di bawah air hujan sejak pukul enam tadi. Perutnya dia biarkan keroncongan sejak tadi. Untung saja hari ini sekolah diliburkan sebab guru-guru sibuk mengurus persiapan PAS. Ditambah hujan yang sejak malam tak kunjung reda, membuat jalur perjalanan ke sekolah terhambat karena banyaknya genangan air, dan ada juga yang sudah banjir.

"Naila! Masuk!" teriak Bastin, sebab jika tidak seperti itu, suaranya pasti kalah dengan suara hujan.

"Nanti, Pah!"

"Kamu mau sakit, hah! Dibilangin suruh berhenti hujan-hujanan, malah diterusin. Udah hampir sejam lho kamu."

"Iya, Pah. Naila tahu, tapi Nai masih mau hujan-hujanan."

"Papa tunggu! Nanti sarapan berdua!"

"Oke, Pah."

Saat Naila asik memutar tubuhnya dibalik derasnya hujan, tanpa sengaja kakinya menginjak kerikil. Namun, dia seolah tidak memperdulikannya. Hingga suara petir sangat keras, membuat dia berlari terbirit-birit menuju rumah.

"Kenapa dari tadi Gavin gak keluar, ya? Apa dia masih marah sama gue soal kemarin?"

Sebenarnya tujuan Naila bermain hujan adalah untuk mendapat perhatian dari Gavin. Sebab dulu waktu kecil, mereka berdua bermain hujan bersama. Walau nyatanya, sekarang Gavin sama sekali tidak menampakkan dirinya.

"Avin, main hujan, yuk!" ajak Naila kecil.

"Nanti Naila sakit bagaimana?"

"Kan ada Avin yang obatin, Naila. Ayo-ayo main, nanti kebulu hujannya belenti. Ntal, nyesel lho."

Saat itu, Naila dan Gavin masih berusia sekitar empat tahunan. Di mana pada masa itu, anak kecil biasanya suka bermain hujan bersama.

Naila yang mengingat secuil kenangan itu, lantas mengembangkan senyumnya. Meskipun pikirannya masih diambang kebingungan, memikirkan cara agar Gavin mau memaafkannya.

"Naila sarapan dulu!" Terdengar teriakan Bastin dari dalam rumah, membuat Naila segera masuk, dan segera mandi tentunya.

Usai mengisi perutnya, tiba-tiba dering ponsel mengalihkan perhatian Naila. Terpampang jelas nama Samuel di sana.

Ganai Where stories live. Discover now