23. Samuel Cemburu

119 37 132
                                    

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca semua, semoga suka dengan ceritaku ini.

.
.

Terdengar suara ketukan pintu dimalam harinya, jiwa mager Naila meronta-ronta. Dia hanya berteriak untuk menyuruh orang itu masuk, dan munculnya Gavin dengan beberapa buku di tangannya.

"Bawa buku? Ngapain? Jangan bilang lo nyuruh gue belajar," ketus Naila.

"Gak boleh males, Nai. Masih mending lo bisa sekolah. Coba bayangkan di luaran sana, banyak yang ingin sekolah, tapi gak bisa."

Kalau Gavin sudah mengatakan hal ini, Naila hanya bisa pasrah menurutinya. Dia lantas mengambil minuman dan beberapa camilan untuk menemaninya belajar.

Gavin mulai menjelaskan beberapa materi yang diajarkan di sekolah. Dengan mulut yang penuh dengan makanan, Naila melihat dan mendengar penjelasannya dengan seksama.

Dua puluh menit berlalu, Naila mengeluh untuk istirahat sejenak.

"Vin, lo punya pacar kok gak bilang sama gue?"

"Gak!"

"Lah, tapi kata Dimas waktu itu ...."

"Bolos kali sama pacarnya."

"Hah? Emang Gavin punya pacar, kok dia gak ngasih tahu gue? Terus siapa pacarnya?"

"Banyak nanya, Nai. Mending lo tanya ke orangnya langsung," ujar Dimas lalu melenggang pergi.

"Dimas bohong. Mendingan sekarang lanjut fokus belajar lagi," ujar Gavin setelah mendengar penuturan Naila.

"Baru juga lima menit istirahat. Otak gue beda sama otak lo yang dengan mudahnya nerima materi, nah gue harus load dulu." Naila menyenderkan kepalanya pada bahu Gavin, sambil memakan camilan.

Gavin menggelengkan kepalanya heran. Menghadapi Naila yang seperti ini sudah biasa baginya. Dia pun ikut membelai rambut halus Naila.

"Vin, tumben lo gak ikut makan. Nih, camilan kesukaan lo 'kan?"

"Mager ngunyah."

"Lo mah giliran urusan perut malah mager."

"Ini beda, Nai. Kebanyakan camilan gini juga gak baik untuk kesehatan. Sekarang lo taruh tuh cemilan, lanjut fokus belajar!" titah Gavin.

Sementara Naila menggerutu sendiri.

Akhirnya setelah dua puluh menit berlalu, sesi belajar itupun berhenti juga. Naila lantas merenggangkan tubuhnya sebelum akhirnya merebahkannya pada sofa.

"Oh, ya gimana hubungan lo sama Samuel?"

"Ya gitu aja, sih."

"Lo bahagia?"

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Emang salah?"

"Ya kaget aja gitu. Gue bahagia kok sama dia, dia juga buat gue nyaman."

Ganai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang