29. Teringat Masa Kecil

84 24 65
                                    

-Happy Reading-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading-


Pagi buta sekitar pukul tiga, Naila terbangun dengan sendirinya. Dia terlihat mondar-mandir di depan kamarnya dengan pikiran yang aneh. Firasatnya merasa seperti akan mendapat kabar buruk, entah apakah itu.

Kedua tangan Naila yang semula bersilang di depan dada, seketika terangkat ke atas kala datang dari belakang dan menepuk pundaknya.

"Bi Ijah?"

Ternyata orang yang mengagetkan Naila adalah Bi Ijah dengan mukena putih yang dipakainya.

"Kenapa Bibi perhatikan dari tadi kamu mondar-mandir terus. Lagi gelisah, yo?"

"Iya, Bi Ijah. Firasat Nai tiba-tiba gak enak, tapi gak tahu kenapa."

"Salat tahajud Naila, biar lebih tenang hatinya."

"Oh, iya, ya? Makasih, ya, Bi udah ingetin Nai."

Naila kembali memasuki kamarnya, lantas mengambil air wudhu dan melaksanakan salat tahajud. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melakukan hal ini. Kalau tidak salah, terakhir saat dia baru masuk SMA ini.

Dengan tangan yang menengadah di balik mukena abu-abu yang Naila pakai, dia berdoa kepada Tuhan usai menyelesaikan salah tahajudnya. Dia merasa, hidupnya yang sudah menginjak tujuh belas tahun ini, banyak sekali kesalahan yang dia perbuat baik disengaja maupun tidak. Sampai-sampai air matanya mengalir tanpa permisi dari tempatnya.

Saat Naila selesai berdoa. Dia lantas melepas mukena dan melipatnya seperti awal lalu dia letakkan pada tempat semula bersamaan dengan sajadah.

Setelah itu Naila tidak kembali terlelap dalam mimpinya, melainkan dia memutuskan untuk membersihkan kamarnya yang sedikit berantakan.

Mulai dari menata sprei di tempat tidurnya, menyapu lantai kamar, menata meja belajar dan mulai menyiapkan seragam yang akan dia pakai nanti.

Sekilas Naila tersenyum kala mengingat kejadian semalam di warung bakso, di mana saat dia dan Gavin berlomba untuk makan bakso dengan sambal yang banyak. Itu semua tak lain adalah idenya sendiri, walau pun yang menang adalah Gavin dan berujung dia yang membayarnya. Padahal sebelumnya Gavin yang berniat mentraktirnya. Sungguh semalam Naila benar-benar kekenyangan karena makan dua kali.

Ketika Naila menggeser kursi, pandangannya tertuju pada sebuah album foto yang tergeletak di atas meja belajarnya. Dalam album itu hanya berisikan foto-foto dirinya dengan Gavin sejak masih kecil. Banyak sekali kenangan dalam setiap foto itu. Salah satunya foto disaat Naila menggendong Gavin. Memorinya kembali teringat masa itu, kira-kira sekitar usia lima tahunan.

"Avin! Sini, Nai gendong."

"Nggak mau! Nanti Avin jatuh, Nai mana kuat gendong Avin."

"Sini!"

Naila berlari mengejar Gavin. Mereka berdua sedang berlibur di kebun binatang bersama kedua orang tua dan kakaknya Gavin.

Ganai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang