31. Kebohongan Gavin

106 13 10
                                    

-Happy Reading-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Happy Reading-

Malam hari pun masih sama, Naila terus saja memikirkan Gavin. Pasalnya sejak pagi tadi tidak ada kabar darinya. Bahkan banyak pesan yang dikirimkan, tak kunjung dijawab. Bukan hanya pesan saja, melainkan berulang kali Naila juga menelponnya.

"Kok gue kepikiran Gavin mulu, sih? Heran gue." Naila berbicara sambil melihat pantulan dirinya dari cermin di depannya.

"Lagian nih orang tumben banget seharian gak ada kabar, gue chat juga gak dibales padahal aktif." Sekarang Naila mondar-mandir tak jelas, sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuk ke pelipisnya.

Naila sempat berpikir jika ada sesuatu yang terjadi pada Gavin dan itu dirahasiakan darinya, tetapi yang menjadi pertanyaan di sini. Apa mungkin memang seperti yang dipikirkannya?

Saat Naila ingin merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Namun, panggilan dari papanya menghentikan pergerakannya dan membuatnya turun untuk menemui papanya.

"Lho, Pah? Bi Ijah kenapa itu?" tanya Naila begitu melihat Bi Ijah yang mengigil.

"Ini papa mau ke rumah sakit, anter Bi Ijah lagi demam," jawab Bastin.

Tiba-tiba saja Naila berlari kembali ke kamarnya dan mengambil jaket. Dua menit kemudian, dia kembali sambil memakai jaketnya.

"Biar sama Naila aja, Pah ke rumah sakitnya."

"Beneran?"

"Iya, Pah. Kalau gitu Nai berangkat dulu, ya. Takut kemalaman."

Naila mulai menuntun Bi Ijah dan keluar dari rumah. Bagaimana pun juga, Bi Ijah adalah orang penting di hidupnya. Orang yang merawatnya penuh dengan kasih sayang.

"Naila harusnya bibi mah istirahat di rumah saja, gak perlu sampai dibawa ke rumah sakit," ujar Bi Ijah.

"Bi Ijah demamnya tinggi banget lho ini, Nai gak mau Bi Ijah sakit."

Usai mengatakan hal itu, Naila dan Bi Ijah masuk ke mobil dan segera pergi ke rumah sakit.

Dalam mobil pun pikiran Naila masih tertuju pada Gavin. Entah kenapa susah sekali untuk menghilangkannya dari pikiran.

Tanpa sadar, lima belas telah berlalu dan mereka kini telah sampai di rumah sakit. Sama seperti tadi, Naila menuntun Bi Ijah dengan hati-hati dan mulai memasuki rumah sakit.

Awal masuk sama sekali tidak ada yang membuat Naila merasa aneh, tetapi begitu dia masuk ke ruang inap pasien. Naila melihat wanita paruh baya yang sangat dikenalinya. Wanita itu mirip sekali dengan Mama Gina.

Saat Naila ingin menghampirinya, dokter yang ingin memeriksa Bi Ijah mencegahnya. Alhasil Naila tidak bisa membuktikan apakah benar atau tidak siapa orang yang baru saja dilihatnya.

Ternyata setelah diperiksa oleh dokter, Bi Ijah harus melakukan rawat inap.

"Pasien memerlukan istirahat yang cukup dan ini ada beberapa obat yang harus ditebus." Dokter yang baru saja melakukan pemeriksaan terhadap Bi Ijah, menyerahkan secarik kertas berisi resep obat.

Ganai Where stories live. Discover now