33. Siapa Cewek itu?

63 12 0
                                    

"Kalau misal gue duluan yang ninggalin lo, Vin?"

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Kalau misal gue duluan yang ninggalin lo, Vin?"

Pintu tiba-tiba terbuka dan masuklah kedua orang tua Gavin, beserta kakaknya. Membuat Gavin bernapas lega, setidaknya dia tidak perlu menjawab pertanyaan Naila.

"Kalian lagi ngobrol soal apa? Serius banget kayaknya. Ngomong-ngomong kamu sudah bangun akhirnya Naila. Dari tadi itu Gavin bangunin kamu, tapi kamu gak bangun-bangun bahkan sempet nyuruh mama buat panggil dokter. Dikiranya kamu pingsan," ungkap Gina sambil meletakkan sarapan untuk putranya di atas nakas.

"Biasalah lah, Mah ngobrol soal random. Emang Nai tidur sejak kapan? Kok tiba-tiba pas bangun udah di sofa, bukannya semalem masih di luar nunggu Gavin yang diperiksa dokter?"

Semalam sebenarnya Naila tertidur pulas di sandaran Mama Gina. Menunggu dokter yang tak kunjung keluar, hingga kedua matanya yang terlihat sembab sebab semalaman yang menangis.

Sekitar lima belas menit setelah tertidur, barulah dokter keluar dan memberi kabar jika Gavin dalam kondisi stabil. Walau pun sebelumnya sempat memburuk dan pada pukul dua dini hari, Gavin tersadar.

Usai mendengar penjelasan dari Mama Gina, Naila berhamburan ke pelukan Gavin. Mimpi yang baru dialaminya semalam terasa nyata, meski hal itu cuma sekadar bunga tidur. Namun, kenyataannya memang Naila belum siap kehilangan Gavin—sahabat yang sudah bersama-sama sejak kecil.

"Kenapa semalem Nai gak dibangunin, Mah?"

"Kamu tanya saja sama Gavin."

"Jadi kenapa, Vin?" tanya Naila kepada Gavin.

"Lo mikir lah, Nai. Buat apa juga bangunin lo jam dua pagi," jawab Gavin sambil memalingkan wajahnya.

"Halah, Dek! Bilang aja lo gak tega bangunin," celetuk Nadira yang berdiri di sebelah papanya.

"Terus kenapa pas bangun gue udah ada di sofa, Kak Nad?"

"Digendong tuh sama Gavin, gue aja ngeri lihatnya. Dia baru sadar maksain buat pindahin lo, gue udah minta bantuan suster juga dia nolak."

Mendengar hal itu Naila menjadi tidak enak kepada Nadira dan kedua orang tua Gavin. Dia merasa keberadaannya di sini hanyalah beban, padahal dia sama sekali tidak mempermasalahkan jika semalam tidur di luar. Kalau sudah seperti ini, Naila bingung sendiri harus berbuat apa.

Lagi pula Gavin juga aneh, sudah jelas-jelas dia sakit dan baru sadar. Dia malah menggendong Naila dan tidak membiarkan orang lain.

"Kok lo malah diem, Nai?" tanya Gavin di saat suasana mendadak hanyut dalam kesepian. Sementara papanya keluar untuk membeli sarapan.

"Gue marah sama lo! Kenapa semalem lo maksain diri kayak gitu? Lo gak  mikir sama kesehatan lo? Atau setidaknya lo juga pikirin perasaan orang-orang di sekitar lo, Vin. Gue tahu lo sakit parah kan?"

Ganai Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt