11. Antara Naila dan Vanda

120 24 3
                                    

"Saling percaya sama sahabat sendiri? Itu adalah salah satu kunci persahabatan itu bisa bertahan lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Saling percaya sama sahabat sendiri? Itu adalah salah satu kunci persahabatan itu bisa bertahan lama. Kalian percaya atau tidak?"

~Naila & Vanda

Selamat membaca semua, semoga suka dengan cerita ini.

.
.

Naila dibuat bingung oleh sikap Vanda. Bagaimana tidak? Pukul 8 malam, tiba-tiba Vanda sudah berada di depan rumahnya. Untung saja dia sudah ada di rumah, setelah sebelumnya janjian dengan Samuel–yang sekarang sudah menjadi pacarnya.

"Lo duduk dulu, Van. Gue mau ambil minum." Vanda hanya mengangguk.

Sambil menunggu Naila, Vanda terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika Naila mengetahui semuanya. Apakah persahabatan itu masih bisa bertahan? Atau justru hancur.

Namun, tiba-tiba pandangan Vanda tertuju pada sebuah bingkai foto di sebelah aquarium, lalu mendekatinya.  Di sana ada foto masa bayi Naila yang ada digendongan mamanya, dan papanya yang tengah mencubit pipi Naila. Terlihat dengan jelas wajah bahagia Naila. Andai saja mamanya masih ada, tetapi Tuhan berkehendak lain dengan mengambil mamanya, satu jam setelah dia dilahirkan ke dunia.

"Hai, lo lagi ngapain di situ?" tanya Naila dengan tangan membawa nampan berisi minuman. Hal itu membuat Naila merasa deja vu, ketika dia memergoki Gavin yang tengah memandang foto masa kecilnya bersama dirinya.

"Eh, Nai. Gue cuma lihat foto lo waktu masih bayi," jawab Vanda.

"Oh, itu gue imut 'kan?"

"Pede banget lo, Nai!" Vanda terkekeh.

"Manusiawi! Oh, ya lo kesini ada apa? Tumben jam segini."

Vanda terdiam sesaat. Semoga ini keputusan yang tepat! batinnya berkata seperti itu.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ungkap Vanda. Naila tidak menjawabnya, dia mengajak Vanda untuk duduk di sofa.

Begitu Vanda ingin menceritakan yang sebenarnya, terdengar suara pecahan kaca dari arah dapur. Naila mengeceknya, ternyata itu ulah kucing peliharaan Gavin yang ada di rumahnya.

"Bentar ya, Van. Gue mau balikin nih kucing dulu ke rumah Gavin."

Naila keluar dari rumah dengan kucing di tangannya. Sebenarnya dia dulu penakut sama kucing, alasannya karena kucing itu pup di boneka kesayangannya, boneka pemberian terakhir dari mamanya. Namun, Gavin selalu memaksanya agar tidak takut pada hewan itu.

Back to topic ....

Lima menit setelahnya Naila kembali ke rumahnya.

"Jadi, Van lo mau ngomong apa?"

"Gue mau jujur sama lo, Nai kalau sebenernya gue—"

Mendengar perkataan itu, Naila menimpuk Vanda dengan bantal sofa di sebelahnya.

Ganai Where stories live. Discover now