9 - Poros Berbahaya

502 46 3
                                    

"Lama banget lo!" protes Audrina pada Arjuna yang nyengir-nyengir saat masuk kembali ke dalam rumah makan.

"Sori Na. LDR kan emang gitu.." jawabnya. "Kok penampilan lo ngenes banget sih Na?"

"Emang gue udah ngenes dari dulu.." jawab Audrina pasrah.

"Gak seru banget lo jadi pesimis gitu. Bukan kayak Nana."

"Capek gue harus mengikuti tuntutan orang-orang terhadap sifat gue.." komentar Audrina dihadiahi cengiran oleh Arjuna.

"Na, lo apa gak mempersiapkan operasi lo bareng dokter Radhian?

Pertanyaan Arjuna membuat Audrina tersedak dan batuk-batuk. Arjuna langsung mengarahkan gelas berisi air pada Audrina. Ia menepuk-nepuk dadanya sendiri.

"Sori, Na kalo bikin lo mengingat hal buruk." ucap Arjuna merasa bersalah.

Demi pantat cicak, Audrina benci jika Arjuna sudah mulai mengungkit sesuatu yang membuatnya hampir gila.

"Lo bisa gak sih kalo kita ketemu sekali aja gausah bahas hal-hal berbau pekerjaan? Gue pusing, Jun.."

"Iya sori, Na. Hmm kita bahas apa ya? Bahas Hansel aja kali ya?!"

Lagi-lagi Audrina teringat kata-kata kejam Hansel pagi tadi. Sudah tidak di jemput, tidak diajak masuk ke dalam, sudah dibelikan makan dan obat pun, ia tidak berusaha mengajak Audrina makan bersama.

"Aduh salah topik lagi ini? Terus topik aman buat lo tuh apa? Kayaknya semua topik itu problem dalam hidup lo deh, Na.." komentar Arjuna.

"Gimana caranya ngilangin perasaan orang ya?" tanya Audrina tiba-tiba.

"Hah? Lo mau ngilangin perasaan lo ke Hansel?"

"Bukan, bego. Gue mau ngilangin perasaan dokter Radhian ke gue biar gue---"

BRAKKK!

Suara kencang dari arah luar memutus obrolan mereka. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul menuju sumber suara. Audrina dan Arjuna yang terlanjur penasaran juga ikut keluar, dan terkejutnya Audrina saat suara kencang tadi berasal dari mobil yang menabrak bagian belakang mobilnya sampai penyok.

"Aduh, ini mobil mbak ya?" suara itu mendekati Audrina saat ia meraba cekungan dalam pada mobilnya.

"Loh, masnya bukannya--" Audrina melihat kearah kemeja kerja laki-laki itu yang ternyata masih terdapat bercak noda minuman yang tidak sengaja Audrina tumpahkan.

"Aduh saya minta maaf mbak, blind spot tadi. Ini saya ganti saja ya?" ucap laki-laki dengan netra hitam yang menurut Audrina lumayan mencurigakan.

"Nggak usah gapapa, mas. Ini bisa saya perbaiki sendiri. Namanya juga gak sengaja.."

"Gapapa, mbak. Saya bisa minta nomor mbak? Biar saya transfer biaya perbaikannya.." ucap laki-laki itu lagi.

Audrina melirik kearah Arjuna yang hanya mengangguk pelan. Ia kemudian menyebutkan nomor ponselnya.

"Itu nomor saya mbak, em, nama mbak siapa?" tanya laki-laki itu setelah melakukan miscall pada Audrina.

"Audrina--, masnya?"

"Gavin.."

****

Jam pulang kantor sudah dimulai sejak tadi. Hansel masih saja berkutat di depan laptopnya untuk menyelesaikan apapun deadline yang menghantuinya. Sebenarnya tidak terlalu mendesak, tapi ia anti membawa pekerjaan kantor ke rumah. Baginya rumah adalah tempatnya meninggalkan hal-hal berbau kantor dan tempatnya beristirahat penuh.

Your Bridge [Proses Remake]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα