23 - Masa Lalu yang Terlupakan

428 35 0
                                    

"Serius lo?!" tanya Cade terkejut. Ia agak lega juga karena Hansel tidak sampai dipecat. Tapi, dipindahkan ke kantor cabang di luar kota agaknya lebih menyeramkan.

Hansel menghela napas.

"Mau gimana lagi? Itu hukuman yang udah paling ringan dari atasan buat gue." jawab Hansel. "Syukur-syukur gue gak dipecat." Ia terdiam sejenak. "Kenapa gue bisa sampe mukul orang ya?" tanyanya lagi. Sepertinya akal sehat sudah menguasai Hansel sepenuhnya.

"Gimana rasanya mukul orang buat pertama kali?" tanya Cade. Ia mencoba mencairkan suasana hati Hansel yang mungkin masih kalut saat ini.

Hansel menggerutu.

"Temen lo nih dipindahin, tapi lo sempet banget nanya kayak gitu."

"Lah, kan lo yang duluan nanya kenapa bisa mukul orang." seru Cade membela diri. "Terus, ortu lo gimana? Bukannya minggu depan mereka pindah kesini?"

Hansel mengacak rambutnya frustasi. Jika ia mengatakan kepada orangtuanya kejadian yang menimpanya, bisa dijamin ibunya akan menjadi super heboh. Berbeda dengan ayah Hansel yang tenang, ibu Hansel pasti akan lebih meledak. Ditambah kepindahan orangtuanya ke kota Hansel bekerja dimaksudkan agar mereka bisa lebih lama bersama dengan anak tunggalnya itu--berhubung ayah Hansel sudah pensiun.

"Bisa perang dunia gue sama ibu gue." ucap Hansel bergidik ngeri.

"Jadi, kapan lo mulai dipindahtugaskan?"

"2 minggu lagi." jawabnya. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum 2 minggu lagi datang. Ia juga harus menyiapkan kata-kata untuk kedua orangtuanya tentang masalah ini.

"Sel, Nana gimana?" pertanyaan Cade membuat Hansel menyadari degupan baru dalam hatinya. Ia jadi ingat bagaimana emosinya tersulut tadi gara-gara mendengar nama Audrina.

"Udah gue selesaiin." jawab Hansel singkat. Cade menautkan alisnya.

"Maksud lo?"

"Udah selesai. Nana udah nyerah dari gue." ucapnya lagi menjelaskan lebih gamblang maksud perkataannya.

Cade yang melihat sendiri perjuangan Audrina dari awal merasa hatinya ikut sakit. Pasti perempuan itu menahan patah hatinya habis-habisan.

"Terus lo sendiri gimana?" tanya Cade. Hansel menoleh kearah sahabatnya itu. Ekspresinya tampak tidak terbaca.

Hansel mengangkat bahu. Enggan menjawab.

"Lah yang lo rasain sekarang gimana?" cecar Cade lagi.

"Sekarang? Ya menurut lo gue baik-baik
aja setelah dipindahin tiba-tiba keluar kota saat ortu gue mau pindah kesini?" jawab Hansel. Cade langsung menoyor kepala sahabatnya itu membuat Hansel mengaduh. "Buat apaan tuh?" protesnya.

"Buat otak sama hati lo yang begonya keterlaluan." seru Cade meninggalkan meja kerja Hansel. Ia tahu, Hansel akan baik-baik saja setelah dipindahkan. Hanya saja, hubungannya dengan Audrina yang sepertinya sudah tidak baik-baik saja.

Sepanjang di kantor, Hansel hanya lebih banyak diam. Tentu saja rekan satu kantornya ada yang berpihak padanya ada pula yang berpihak pada Kelvin tanpa tahu keadaan yang sebenarnya. Hansel memfokuskan dirinya untuk menyelesaikan bagiannya dalam proyek bulan depan karena ia yakin saat dipindahkan nanti tugasnya bisa jadi berbeda.

"Sel lo gak pulang?" tanya Cade yang sudah memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas. Hari sudah mulai malam dan jam pulang kantor sudah dari sejam yang lalu.

"Bentar lagi." jawab Hansel. "Lo mau balik? Duluan aja."

"Gak deh, ntar gue tinggal besok-besok lo tinggal nama." celetuk Cade membuat Hansel mendengus. Sahabatnya ini memang sangat peduli padanya, namun perkataan Cade kadang membuat Hansel ingin mengulitinya.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now