32 - Lamaran?

477 38 1
                                    

Setelah pengakuan Erika, Kelvin tentu menerima ganjarannya. Namun Audrina enggan untuk mengurusi itu lebih jauh. Ia juga disemprot oleh Arion karena tidak menceritakan hal itu kepada kakaknya. Juga mengenai urusan engineer lepasan yang dijanjikan Audrina. Tetapi itu semua sudah Audrina atasi. Cade mendapatkan pekerjaan itu. Ia bekerja ganda membantu Arion juga dalam proyek itu setelah kesepakatan yang lumayan panjang.

"Dek, gue bikin mie. Lo nitip gak?" tanya Arion yang melihat adiknya melamun menatap mobil-mobil dari balkon apartemennya. "Yee ngelamun aja lo." semprot Arion.

"Iya iya nitip bikinin." ucap Audrina tanpa menoleh ke kakaknya.

Arion mendesah. Tentu saja adiknya itu tidak baik-baik saja. Setelah mienya jadi, Arion memberikannya pada Audrina. Perempuan itu memakannya dengan lahap.

"Lo gak keluar sama Rad?" tanya Arion.

Audrina menggeleng sambil menyeruput mienya.

"Ada operasi dia hari ini."

Arion ber-oh ria.

"Lo gak keluar sama Hansel?" pertanyaan iseng Arion membuat gerakan sendok berhenti tepat di bibir Audrina. Ia mendongak menatap kakaknya itu.

"Gue cekokin lo sama kuah mie sampe kuahnya keluar dari idung." ucap Audrina.

"Uuuh takuut," balas Arion sengaja. "Bilang aja kalo lo masih ngarepin Hansel. Galau mulu dari kemaren."

Audrina jadi tidak selera makan.

"Sok tau lo." sergahnya.

Arion mengangkat bahu.

"Kenapa sih gak coba lo hubungi aja? Keburu diambil orang."

"Nomornya udah gue apus." balas Audrina singkat. "Gapapa biar digondol setan."

"Sumpah yaa? Awas aja nangis pas liat Hansel digondol wewe gombel."

Arion mengaduh karena lagi-lagi tangan ringan Audrina mendarat cantik di lengannya, menciptakan tanda cetakan tangan yang kemerahan.

"Asli lo ntar suami lo pasti laporin lo ke polisi atas tindakan KDRT." seru Arion sambil mengusap-usap lengannya yang terasa pedas.

Mendengar kata KDRT membuat Audrina teringat ucapan Hansel. Seketika itu juga air matanya turun. Entah, intinya selama ini air mata itu mendesak untuk turun. Arion yang melihat itu jadi kebingungan.

"Eh? Lo kenapa? Gue yang dipukul kok lo yang nangis?" tanya Arion sambil meletakkan mienya di meja dan mengambil milik Audrina kemudian diletakannya juga disamping mie miliknya. Menghindari adegan mie tumpah ke karpet. Kemudian Arion merengkuh tubuh adiknya itu dalam pelukannya.

"Ssttt, cup cup.. udah gede jadi dokter masih tukang nangis." ucap Arion mengelus puncak kepala adiknya itu.

Audrina menangis sampai terisak-isak. Ia kira setengah tahun tanpa Hansel akan membuatnya melupakan laki-laki itu. Ternyata, tidak 1% pun Audrina dapat melupakannya. Apalagi menghapus perasaannya.

"Udah, Na." ucap Arion lagi.

"Gu..gue cinta banget sama dia, Mas." tutur Audrina. Arion tahu, pernyataan itu adalah hal terjujur dari Audrina.

"Tapi dia kan nyakitin lo mulu." timpal Arion.

Audrina menggeleng.

"Gue gak peduli penting gue cinta dia." balasnya sambil mengelap ingusnya pada kaus kakaknya.

"Lo ngelap ya?" tanya Arion yang tidak bisa menunduk karena terhalang kepala Audrina. Audrina melepaskan rengkuhan kakaknya dan nyengir kuda di tengah matanya yang masih memerah.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now