27 - Memorist

458 41 0
                                    

Setelah pengusiran jin alias Quitta untuk yang kedua kalinya, dan seminggu setelah tragedi di apartemen yang disaksikan langsung oleh Audrina, akhirnya Hansel menyerah juga. Ia lelah terus dikejar oleh perempuan ghoib itu. Quitta selalu bisa menemukannya entah dimanapun dan tidak tahu bersumber dari siapa. Dan karena Hansel sudah berdamai pada dirinya sendiri, maka disinilah dia. Duduk diatas meja makan sebuat cafe bersama Quitta yang tengah memainkan jemarinya. Sudah seperti itu sejak 20 menit yang lalu.

"Kamu niat mau ngomong gak sih?" sergah Hansel mulai jengah dengan perempuan di depannya ini. Quitta mendongak. Ia mengangguk pelan. Ada sebersit ketakutan dalam tatapan matanya. "Aku gabakal bentak-bentak lagi." sambung Hansel seperti paham arti dari tatapan itu.

"Makasih udah luangin waktu kamu buat ketemu aku." ucap Quitta. "Aku--"

"Tunggu." interupsi Hansel. "Kalo kamu mau bilang maaf lagi dan mohon-mohon sama aku buat nepatin janji 10 tahun lalu, aku gabisa."

Quitta mengangguk lemah. Sepertinya memang itu yang ingin dia katakan.

"Kalo aku mulai dari awal tanpa embel-embel janji 10 tahun lalu?" tanya Quitta. Matanya tampak memohon adanya kesempatan itu.

"Buat apa?" pertanyaan Hansel justru membuatnya bingung hendak menjawabnya. "Aku cuma pegawai biasa, Ta. Seperti yang kamu bilang waktu itu. Aku gak sebanding dengan kamu yang seorang dokter." ucapan Hansel itu membuatnya mengingat apa yang sebelumnya pernah ia katakan pada Audrina. Ia tersenyum tipis mengingat bagaimana Audrina menolak habis-habisan alasan itu sampai mengusirnya pergi.

Quitta melihat senyuman itu dari Hansel. Senyuman yang dahulu sering sekali ia lihat, senyuman yang dahulu benar-benar hanya untuknya.

"Kamu senyum untuk apa?" tanya Quitta yang langsung memudarkan senyum di bibir Hansel.

Hansel mengerutkan alisnya.

"Jangan ngalihin pembicaraan."

"Tapi aku udah gak mikir gitu sekarang." bela Quitta. "Waktu itu aku emang keterlaluan makanya--"

"Telat." balas Hansel singkat sebelum Quitta menyelesaikan kalimatnya. "Udah telat kalo kamu nyeselnya sekarang."

Quitta mendesah. Ia menundukkan kepalanya.

"Terus aku harus gimana?" pertanyaan Quitta justru membuat Hansel hendak meledak saat itu juga. Emang itu urusan gue? Batin Hansel jengah.

"Ya terserah kamu mau gimana. Intinya aku udah gada rasa apa-apa sama kamu." balas Hansel. "Kamu aneh banget dateng-dateng nagih janji. Kamu gak laku apa gimana?" Hansel sengaja membuat pertanyaan semenyakitkan itu untuk membuat Quitta membencinya sekalian. Namun sepertinya tidak mempan.

"Iya! Selama ini aku gak bisa lupain kamu. Aku cuma pengen kamu, Sa." jawab Quitta. "Aku cinta banget sama kamu." sambungnya dengan nada pasrah.

Mendengar pernyataan cinta dari Quitta membuat Hansel semakin jengah. Ada sesuatu yang aneh dalam hatinya mendengar kalimat itu.

"Aku kan udah bilang, aku cinta sama orang lain."

"Siapa?"

"Kamu gak perlu tau."

Quitta menghela napasnya. "Bohong."

Hansel menyandarkan duduknya di sandaran kursi. Ia menyugar rambutnya ke belakang. Ubun-ubunnya sudah mulai panas sekarang.

"Kenapa kamu harus tau sih?" sergah Hansel.

"Biar aku tau orangnya. Kalo kamu emang cinta sama dia, aku bakal nyerah." ungkap Quitta.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now