18 - Frustasi

481 41 2
                                    

Setelah menghabiskan ketopraknya, Hansel menghempaskan dirinya di sofa ruang televisi. Setelah seharian tidak membuka ponsel, ternyata sudah begitu banyak pesan masuk untuknya. Termasuk pesan yang membuat Hansel membulatkan matanya. Pesan dari Sabriel.

Sabriel

Sel, kakak hari minggu besok bakal pulang. Kakak ke apart kamu dulu.

Pesan singkat yang sudah selama beberapa tahun tidak ia dapatkan dari kakaknya yang tiba-tiba menghilang menjelang pernikahannya sendiri. Entah apa yang ada dipikiran Sabriel kala itu, tapi hal yang ia lakukan mampu membuat keutuhan keluarga mereka retak.

Hansel melempar ponselnya sendiri ke sisi sofa yang lain. Ia menghela napas lelah dan memijat pelipisnya. Suara ketukan dari pintu unit apartemennya membuat kepala Hansel justru berdenyut lebih hebat. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Halo, my engineer." sapa Audrina dengan tangan yang penuh memegang nampan berisi beberapa buah yang sudah dipotong.

"Kenapa, Na?"

"Nih!" ucap Audrina meyodorkan nampan buah tersebut. "Sori kalo gue nolak permintaan lo buat makan bareng, gue sakit perut banget, Sel beneran. Ini permintaan maafnya.."

Hansel menghela napas.

"Lo gak perlu kayak gini, Na."

"Gue juga punya banyak buah! Cuci mulut." ucap Audrina dengan cengiran di wajahnya. "Lo gapapa, Sel?"

"Hah? Gapapa. Oke, makasih ya." seru Hansel sambil menyambar nampan buah tersebut.

Keheningan lagi-lagi melingkupi mereka berdua. Entah mengapa setelah reuni segalanya begitu canggung.

"Mau masuk, Na?"

"Ha-hah?"

"Mau masuk dulu?" tawar Hansel lagi. Sialnya itu terdengar seperti memaksa.

Audrina berpikir sejenak. Ia tahu bahwa itu sudah terlalu larut untuk bertamu. Maksudnya tidak akan terjadi apa-apa kan?

"O-oke.." ucap Audrina terbata-bata, kemudian pintu unit apartemen Hansel ditutup dari dalam.

Audrina dengan kikuk berjalan menuju sofa ruang televisi milik Hansel. Ini memang bukan pertama kalinya ia masuk ke dalam apartemen Hansel, namun untuk kali ini rasanya berbeda.

Setelah memakan beberapa suap buah, Hansel menghempaskan dirinya di sisi kosong sebelah Audrina. Laki-laki itu kemudian menyugar rambutnya ke belakang. Aroma musk bercampur wangi sabun menelisik masuk ke dalam indera penciuman Audrina.

Lagi-lagi terdapat keheningan yang panjang kala keduanya sibuk dengan dunianya masing-masing. Hansel sibuk dengan ponsel di tangannya dan Audrina sibuk dengan pikiran dan suara degup jantungnya yang tidak mau berhenti. Keheningan itu tetap terasa ramai karena suara dari televisi yang menguap di sekeliling mereka.

"Na.."

"Y--ya?"

"Kok lo diem aja?" tanya Hansel tanpa mengalihkan pandangannya pada ponsel di tangannya.

"Itu tvnya bagus.."

Hansel melirik sekilas pada televisi yang sedang memperlihatkan iklan pelindung saat berhubungan. Ia kemudian menoleh kearah Audrina yang tengah fokus menonton.

Bagus darimananya? Batin Hansel sambil geleng kepala. Tiba-tiba terbesit dalam otak Hansel untuk menjahili Audrina.

"Na, lo tegang ya?"

Your Bridge [Proses Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang