7 - Key Ring

527 48 1
                                    

Audrina terpaku di depan cermin toilet rumah sakit. Ia mencuci wajahnya dan menyadarkan dirinya sendiri untuk tetap tenang. Tapi tiba-tiba menjadi dokter pendamping operasi ring jantung tentu tidak bisa membuatnya tenang. Seketika ia iri sekali dengan orang-orang yang tidak pernah dipandang oleh Radhian. Setidaknya mereka akan aman dari segala macam cobaan yang barusan mendera Audrina.

"Kenapa muka lo macem baju gak di setrika gitu?" tanya Hansel kepada Audrina yang telah kembali dari toilet.

"Kayaknya lo udah bisa pulang deh." ucap Audrina.

Hansel yang merasa ada yang tidak beres tidak bergeming dari ranjang pasien.

"Kenapa muka lo? Kecut amat kayak ketek."

"Apaan sih orang cantik gini.." gerutu Audrina sambil menyibakkan rambutnya ke belakang. Sialnya hal itu bahkan tidak menggetarkan hati Hansel sama sekali.

"Yaudah gue pulang aja daripada liat lo menggila." ucap Hansel sambil beranjak dari ranjang pasien.

"Ih diperjuangkan gitu kek.." gumam Audrina yang tentunya terdengar di telinga Hansel, namun Hansel hanya memutar matanya malas. Seketika ia teringat sesuatu.

"Astaga, motor gue!" seru Hansel.

"Nih bawa mobil gue dulu, tapi besok pagi jemput calon istri lo ini ya.." ucap Audrina sambil mengulurkan kunci mobilnya pada Hansel.

"Terus motor gue nasibnya gimana?"

"Karena gue cinta banget sama lo, tadi gue udah minta tolong orang buat bawa motor lo pulang ke apartemen." seru Audrina bangga.

"Gak ada hubungannya, bego." sergah Hansel.

"Lah kok gak diambil kuncinya?"

"Gue gak mau berhutang sama lo terus lo minta hutangnya dibayar pake cinta." seru Hansel tepat sasaran. Itulah yang dipikirkan Audrina.

"Yaelah, jadi cowok jangan peka-peka banget dong." gerutu Audrina sambil mengikuti langkah Hansel menuju pintu depan rumah sakit. "Terus lo naik apa? Kalo lo digoda sama bencong lampu merah gimana? Atau kalo lo digoda sama mbak-mbak pinggir jalan gimana?!"

"Na, please. Lo jangan bikin gender kita jadi keliatan kebalik dong!" seru Hansel.

"Gue kan pengen memastikan calon suami yang paling gue cintai sampe apartemen dengan lengkap, tanpa luka apapun."

"Udah sana, lo kan masih ada shift. Malah santai-santai godain gue disini, dikira ini rumah sakit punya nenek lo."

"Iya gue masuk tapi lo pulang bawa mobil gue aja ya, please." pinta Audrina sambil menggenggam tangan Hansel dalam genggaman kedua tangannya. Ia memasang wajah super memelas yang bagi Hansel seperti anjing kecil tersesat di pinggir jalan yang sedang meminta makan.

Dengan sangat terpaksa, Hansel mengambil kunci mobil Audrina yang gantungan kuncinya sungguh sangat membuat Hansel ingin tenggelam saja dari bumi ini, atau setidaknya bermigrasi ke luar angkasa. Kunci mobil dengan gantungan bulu-bulu berwarna putih, dengan gantungan inisial nama A dan H yang sialnya Hansel tahu maksudnya, berserta gantungan berbandul seperti jam yang apabila dibuka, Hansel tahu ada foto siapa disana.

"Lo gak tanya nih filosofi key ring gue apa?" tanya Audrina penuh antusias.

Apa lagi ini, ya Tuhan... batin Hansel menjerit dalam hati.

"Na, sebenernya lo ini mau gue pulang, apa nemenin lo shift malem?"

"Gue bakal jadi orang paling bahagia kalo my engineer mau nemenin gue shift malem.."

"Gak usah mulai. Gue pulang." ucap Hansel sambil berlalu menuju parkiran.

"Jangan lupa jemput aku ya, sayang!" seru Audrina memecah keheningan jam 11 malam, yang bisa saja membuat mbak kun di atas pohon terkejut dengan suara menggelegar Audrina.

****

Suara ketukan di pintu apartemennya mengusik tidur Hansel. Ia menggeliat pada tempat tidurnya dan meraba ponselnya. Matanya menyipit kala sinar ponsel menyergap matanya yang belum siap. Jam 5 pagi.

Hansel kira ia hanya salah dengar. Tapi ternyata ketukan di pintunya semakin nyata. Memaksa tubuhnya untuk beranjak, ia berjalan gontai menuju pintu apartemen, memutar kunci dan membukanya. Terlihatnya kehadiran Audrina disana.

Sedetik kemudian alarm tanda bahaya muncul dari kepala Hansel. Dengan gerakan cepat dan memaksa ia mendorong pintunya sendiri untuk tertutup, tapi ia lupa bahwa Audrina bisa lebih kuat darinya.

Hansel menghela napas. Pasrah pada keadaan.

"Kok ditutup sih?! Lo kan lupa jemput gue, harusnya gue yang marah dong!" protes Audrina. Wanita itu tidak juga masuk ke dalam seperti biasa. Hansel paham, berarti Audrina tidak menginginkannya.

"Aduh, sori, Na. Gue kan habis sakit dan gue kesiangan." ucap Hansel.

Audrina menyodorkan satu plastik ke depan wajahnya.

"Yaudah, ini ada beberapa obat yang mungkin lo perlu sama sarapan, karena cinta gue ke lo begitu besar, pas jalan pulang gue sempet beli ini." ucapnya penuh kebanggaan.

Darimana ia mendapatkan sarapan jam 5 pagi?

"Ini gak lo kasih pelet kan? Terakhir gue makan makanan dari lo, gue langsung sakit sampe dibawa ke rumah sakit." seru Hansel.

"Nggak! Yang ada penuh cinta."

Lagi-lagi itu.

Kata cinta yang Audrina ucapkan terasa kebas dalam dada Hansel. Entah bagaimana caranya bisa seorang wanita mencintainya selama 9 tahun lamanya. Apa yang menjadi pondasi Audrina pun, Hansel tidak tahu. Apakah itu memang rasa cinta atau hanya sekedar rasa penasaran yang menggumpal jadi satu dan membentuk atensi berbahaya bernama cinta.

"Na kayaknya kita gak usah ketemu dulu setelah ini." kata-kata itu melontar dengan lancar pada mulut Hansel. Menciptakan perubahan ekspresi wajah Audrina yang signifikan.

"Kenapa?"

"Karena gue rasa ini semua udah toxic. Lo paham juga soal itu kan?"

Audrina terdiam. Beberapa menit ia tidak menanggapi apapun.

"Justru itu."

Alis Hansel langsung mengerut. Justru itu?

"Justru karena lo merasa ini udah toxic, gue harus perbaikin itu.."

Lagi-lagi, untuk ke seribu kalinya hati Hansel kebas mendengarnya. Ia tidak tahu apapun tentang wanita yang berdiri di hadapannya ini. Tidak sama sekali bahkan selama 9 tahun mereka saling mengenal.

"Gak baik Na buat kesehatan mental lo juga. Lo gak capek?"

"Gue gak pernah capek buat dapetin yang gue mau meskipun itu harus sedikit maksa." ucap Audrina. Terdengar egois memang.

"Terserah lo Na." ujar Hansel menyerah. "Tapi gue kasih lo warning kalo lo sebaiknya nyerah aja, oh ya ini kunci mobil lo. Makasih buat kemarin.."

Ucapan itu mengakhiri percakapan pagi buta mereka sebelum akhirnya Hansel menutup pintu apartemennya dari dalam. Menyisakan udara yang berhembus pada wajah Audrina membuat Audrina refleks memejamkan matanya. Menyisakan pula goresan luka dalam dan panjang yang kesekian kalinya pada hati Audrina.

Audrina terdiam mematung. Ia menunduk memandangi sepatu yang ia kenakan hingga matanya terasa buram. Untuk ribuan kalinya, air mata itu turun lagi. Air mata yang membuat Audrina terasa menyedihkan. Air mata yang menjadi bukti bahwa harga dirinya selalu ia pertaruhkan untuk mendapatkan Hansel. Sampai akhirnya ia sadar, pintu untuk menyerah sudah sangat dekat dengannya.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now