38 - Membuat Luka

384 32 0
                                    

Setelah kencannya dengan Hansel, Audrina berniat akan mengutarakan kepada Rad untuk mengakhiri hubungan mereka sekaligus membatalkan lamaran. Audrina memang sengaja mengajak Rad ke sebuah cafe saat rumah sakit sedang tidak ada pasien darurat. Ia sengaja juga berangkat ke sana terlebih dahulu untuk mencoba latihan.

Setelah menunggu 10 menit, Rad muncul. Senyum cerah ia tunjukkan pada Audrina.

"Kamu udah lama?" tanya Rad sambil menarik kursinya dan duduk. "Kok belum pesen?"

"Nunggu kamu." ucap Audrina. Ia grogi. Jelas saja. Ia tidak pernah menolak apalagi dengan sengaja menyakiti perasaan orang lain.

"Yaudah ayo pesen dulu,"

"Mas--"

Gerakan Rad terhenti mendengar Audrina memanggil namanya. Kemudian ia mulai menfokuskan dirinya pada perempuan di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Rad dengan nada rendah. Ia menggenggam tangan Audrina yang Audrina letakkan diatas meja. Dengan gerakan agak lambat, Audrina menarik tangannya--melepaskannya dari genggaman Rad.

"Mas ada yang mau aku omongin." ucap Audrina menatap mata Rad. Entah mengapa rasanya seberat ini untuk menyakiti orang lain demi mencapai kebahagiaannya.

"Ada apa, Na?" tanya Rad yang berubah menjadi sendu saat Audrina menghindari genggaman tangannya.

"Aku mau kita udahi semua ini." ucap Audrina dengan satu tarikan napas. Ucapan itu membuat rahang Rad mengeras seketika.

"Tapi kenapa?" tanya Rad. "Apa alasan kamu tiba-tiba kayak gini?"

Audrina meremas ujung bajunya. Ia tahu Rad pasti akan bereaksi seperti itu. Lagipula orang mana yang terima lamarannya yang sudah diterima kemudian dibatalkan begitu saja?

"Aku gak bisa maksain diri aku buat cinta sama kamu, mas." balas Audrina. Ia mencoba menyusun kata-kata yang tepat.

Rad menghela napasnya berat.

"Tapi kan cinta itu bisa kamu bentuk seiring waktu? Aku kurang apa, Na?" ucap Rad. Kurangnya kamu bukan Hansel.. Batin Audrina dalam hati.

"Kamu gak kurang apapun, lagipula orang mana yang gak mau sama dokter spesialis kayak kamu? Yang aneh itu kamu mau sama aku yang masih gak bisa lepas dari perasaan aku sama temen kuliahku." ucapan Audrina membuat sinyal di otak Rad paham.

"Semuanya karena laki-laki itu kan?" tanyanya kemudian. "Dia balik lagi? Dia mohon-mohon sama kamu supaya kamu buka hati lagi buat dia? Dia maksa kamu supaya nerima dia lagi padahal dia udah nyakitin kamu dan pergi gitu aja? Gitu kan? Laki-laki gak bertanggung jawab dan labil kayak dia gak pantes buatmu, Na!" desis Rad. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menyugar rambutnya, mencoba menetralisir amarahnya.

Audrina yang mendengar itu mencoba menstabilkan emosinya yang mulai memuncak. Ia benci dengan siapapun yang menghakimi Hansel tanpa tahu kebenarannya.

"Udah?" tanya Audrina membuat Rad terkesiap. "Udah kamu jelek-jelekin Hanselnya?"

"Audrina..."

"Mas, aku kesini cuma mau mengakhirinya baik-baik. Aku juga gak bilang semua ini karena Hansel. Aku kecewa sama kamu yang menghakimi Hansel tanpa tau kebenarannya.." ucap Audrina. Ia menghela napas. "Apa ini salahku kalo aku masih belum bisa melepas perasaanku yang udah 8,5 tahun itu? Kalo aku mau dan aku bisa, aku mau mas mencintai kamu. Tapi semakin aku nyoba, semakin aku berusaha, aku justru semakin gak bisa ngilangin perasaanku pada Hansel." sambung Audrina. "Setengah tahun pun aku usaha, gak ada hasilnya.."

"Kamu bisa tambah jadi satu tahun lagi." seru Rad. Wajahnya tampak sangat sendu.

Audrina menggeleng.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now