30 - Disappointing Reality

446 32 0
                                    

Dengan imbalan bakso Pak Warno, disinilah Audrina sekarang. Berada di kantor Hansel. Terduduk di lobby sampai orang yang hendak Audrina temui muncul. Sebenarnya ia agak ragu untuk datang ke kantor Hansel, ia takut bertemu lagi dengan lelaki itu. Tetapi, bayang-bayang bakso Pak Warno membuatnya bersemangat.

Cade muncul 15 menit kemudian. Ia melihat Audrina dan segera menghampiri perempuan itu.

"Abis ngapain lo? Ngos-ngosan gitu?" tanya Audrina melihat Cade terduduk di depannya sambil mangap-mangap seperti ikan.

"Lari gue, Na." ucapnya. "Gimana, Na?"

Audrina langsung terfokus pada tujuannya datang kesini hari ini.

"Jadi gini, kakak gue lagi jalanin proyek di kantornya. Dia butuh engineer lepasan buat bantu beberapa hal. Kira-kira lo bisa gak? Dia butuh rekomendasi orang. Yang gue inget lo doang." jelas Audrina.

"Gue bisa kerjain dari sini gak?" tanya Cade. "Gue lagi pusing juga megang proyek bulan depan, soalnya bagian Hansel juga jadi gue pegang setelah dia keluar dari kantor."

Audrina terdiam.

"Gimana? Coba ulang."

"Iya, gue lagi kerjain proyek bulan depan soalnya bagian Hansel jadi gue yang handle." ulang Cade.

"Kalimat sesudah itu." pinta Audrina.

"Setelah Hansel keluar dari kantor?" ulang Cade. Kemudian ia langsung terpikirkan sesuatu. "Jangan bilang lo gatau soal ini?!"

"Gue gatau! Hansel resign?" tanya Audrina super kaget. "Kenapa?"

"Sumpah? Gue kira tuh anak udah ngasih tau lo." seru Cade juga ikutan kaget.

Audrina menggeleng.

"Kenapa?!" tanyanya lagi dengan nada lebih tinggi.

Cade menghela napas.

"Mungkin dia punya alasan Na sampe gak ngasih tau lo." ucap Cade. "Tapi biar gue aja deh yang kasih tau. Gue gregetan."

Audrina mendengarkan setiap inci penjelasan dari Cade. Setiap hal ia rekam baik-baik dalam otaknya. Ada sesuatu bergemuruh dalam hatinya. Ia tidak tahu apapun mengenai itu. Mengenai Hansel yang sampai menonjok Kelvin setelah Kelvin memancing Hansel dengan menyebut namanya dan mengenai Hansel yang dipindahkan ke kantor cabang di luar kota. Mendengar penuturan Cade membuat Audrina naik pitam. Ubun-ubunnya panas. Persis saat Cade menyelesaikan kalimatnya, Audrina memukul meja di hadapannya. Hal itu membuat Cade tersentak. Tampak sekali wajah kemarahan dari perempuan di depannya ini.

"Na, kaget gue."

"Brengsek!" umpat Audrina. Cade baru kali itu melihat Audrina mengumpat. Bahkan ia juga baru pertama kali melihat Audrina marah. "Anter gue ke brengsek dan cewek murahan itu!"

Cade yang melihat Audrina langsung berdiri mencoba menenangkan perempuan ini.

"Na, sabar dulu. Tenang, tarik napas, jangan marah-marah ntar air ketuban lo pecah, gue yang repot." Audrina mengikuti saran itu. Ia menarik napas panjang sambil mengelus perutnya. Sedetik kemudian ia sadar sesuatu.

"Ngapain gue ngelus perut?! Gue gak hamil!" serunya.

"Iya makanya lo tenang dulu, Na. Hansel memilih buat gak memperpanjang masalah ini sampe dia nemu buktinya."

Audrina kembali tenang. Ia terduduk kembali di kursinya. Melihat itu Cade juga ikutan tenang. Ganas juga si Nana. Batin Cade ngeri.

"Terus masa kalian diem aja soal ini? Gak lapor ke atasan lo?" tanya Audrina.

"Gak ada bukti, Na." balas Cade. "Bahkan gak ada bukti apa yang dilakuin Erika malem itu di apartemen Hansel. Semuanya masih abu-abu. Eh, item malahan."

Mendengar itu, pikiran-pikiran buruk Audrina kala melihat Erika keluar dari apartemen Hansel waktu itu muncul lagi di benaknya. Ia takut sesuatu yang nekat sudah perempuan itu lakukan demi menjebak Hansel. Dan hal itu semakin membuatnya merasa bersalah kala tahu asal muasal dari penjebakan Hansel itu adalah karena dirinya. Mengapa Hansel sampai membelanya seperti ini? Mengapa Hansel melindunginya sampai seperti ini dan kenapa ia tidak pernah mengatakan apapun? Setelah hampir setengah tahun tanpa kabar, kabar buruk inilah yang Audrina dengar mengenai Hansel. Kabar yang bahkan sudah hampir tenggelam.

"Waktu itu muka Hansel linglung banget emang." ucap Audrina.

"Iya gue ngerasa ada yang gak beres. Makanya gue langsung telepon dia pagi itu." timpal Cade.

"Kemeja kerjanya berantakan banget--" sambung Audrina lagi. "Terus dari apartemennya bau rokok."

"Bau rokok? Hansel kan gak ngerokok?" ucap Cade merasa keanehan ini menjadi semakin aneh.

Audrina mengangguk.

"Itu dia. Gue gak sempet nanya ke dia soal itu. Soalnya waktu itu gue kalut juga." kata Audrina. "Sama gue ngobatin kulit kepalanya yang sobek..."

"Kepalanya luka?!"

Audrina mengangguk lagi.

"Kayak abis dipukul benda tumpul, Cade." sambungnya.

"Sumpah tuh anak gak cerita sama sekali sama gue." ucap Cade. "Ini sih bukan kejahatan biasa."

"Kita harus cari tau." ucap Audrina. "Tapi sebelum itu, gue mau motong kelamin Kelvin sama jambak rambut Erika dulu sampe botak."

****

Setelah percakapannya dengan Cade, Audrina memilih kembali ke apartemennya. Di jalan, Audrina terus berpikir soal hal yang sebenarnya terjadi. Dan mengenai Hansel yang ternyata dipindahkan. Bukan hanya sekedar pindah rumah bersama orangtuanya seperti yang selama ini ia tahu. Jadi selama ini Audrina benar-benar sejauh itu dari Hansel. Mengetahui alasan dari itu adalah dirinya, membuat sesuatu dalam dada Audrina bergemuruh. Menciptakan percikan dalam hatinya yang ternyata selama ini masih tersembunyi disana.

Audrina sampai di lantai unit apartemennya. Ia berjalan kearah kamar apartemennya sampai ia melihat sebuah kertas muncul dari sela-sela pintu apartemen Hansel dibagian bawah. Karena penasaran, Audrina mengambil kertas itu. Lagipula tidak akan ada yang mengambilnya kan?

Audrina membuka isi kertas itu, membacanya dengan teliti sampai berkali-kali. Ketika mengetahui isi dari surat itu, ia merasa dunia berhenti. Rahangnya mengeras. Telinganya berdengung hebat. Kepalanya mendadak pusing, ada nyeri yang tajam di jantungnya. Ia memandang lagi ke kertas itu, sebelum akhirnya meremas kertas di tangannya. Ia mencoba menetralisir bulir-bulir air mata sialan yang secara mendadak hendak turun.

Audrina berbalik, melangkahkan kakinya menuju lift apartemennya lagi. Cara Kelvin dan Erika menjebak Hansel sudah sangat keterlaluan. Dengan kecepatan tinggi, Audrina kembali ke kantor Cade. Audrina mencengkram kemudinya erat-erat. Ia mengumpat selama perjalanan. Merutuki kebodohan Erika yang mengirim surat itu ke apartemen Hansel yang jelas-jelas kosong. Perempuan itu pasti punya alasan mengapa mengirim kertas sialan itu kesana. Kertas itu Audrina bawa. Kertas yang isinya mampu membuat dunia Audrina runtuh seketika jika memang hasilnya adalah kebenaran.

Di kertas itu, terdapat sebuah foto USG janin berusia 3 bulan, beserta foto-foto Erika bersama Hansel yang Audrina yakini diambil malam itu dan sebuah surat dengan pengirim Erika yang meminta Hansel untuk segera menikahinya.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now