5 - The Similarity

528 50 0
                                    

"Sandiwara gue natural banget kan?" seru Audrina girang saat mereka berdua sampai di depan mobil Audrina yang ia pakirkan di parkiran kantor.

"Natural." balas Hansel. "Natural begonya."

"Iih, kasar deh. Makin suka." ucap Audrina manja sambil memanyunkan bibirnya kearah Hansel. Hansel langsung merinding disko.

"Udah, udah. Sana pulang lo." usir Hansel lagi untuk yang kesekian kalinya. Audrina bersungut kesal. Mau tidak mau ia akhirnya pasrah masuk ke dalam mobilnya. Belum sempat menutup pintu mobil, ponsel Hansel berbunyi. Ia kemudian mengangkat telepon yang entah dari siapa itu.

"Iya, Kak? Iya aku di kantor. Gimana? Oh, iya iya. Nanti malem ya."

Audrina yang mendengar itu mencebik kesal. Tiba-tiba ide iseng terbesit dalam benak Audrina.

"Hansel, lepasin dulu dong pelukan kamu.." ucap Audrina langsung dihadiahi pelototan oleh Hansel.

"Ah, Hansel. Jangan cium leher akuuh.." tambahnya lagi membuat Hansel langsung membekap mulut Audrina dengan tangannya. Audrina menjerit-jerit di dalam bekapan itu. Tidak juga di lepaskan, Audrina menjilat telapak tangan Hansel membuat Hansel menjerit tertahan.

"NANA!" bentaknya dan langsung mengusap bagian yang di jilat Audrina ke baju Audrina sendiri.

"Eh maaf, Kak. Iya nanti malem aku kesana. Oke. Bye." Hansel menyudahi teleponnya dan meletakkan ponselnya pada saku celana.

Tatapan menusuk langsung Hansel layangkan pada Audrina yang masih menunjukkan cengirannya.

"Itu siapa sih? Dari kemarin kayaknya genit ke lo terus." sungut Audrina kemudian ia hendak menutup pintu mobilnya. Belum sempat tertutup, tangan Hansel lebih dahulu mencegahnya.

"Mau kabur kemana lo?" sergah Hansel sambil menarik paksa pintu mobil yang juga Audrina tarik dari dalam. Terjadilah tarik menarik pintu mobil.

"Sel gue bisa aja teriak sekarang bilang kalo lo mau ngapa-ngapain gue!" ancam Audrina dengan nada yang cenderung berharap.

"Oh, silakan." tantang Hansel lagi sambil menarik pintu itu dengan kuat.

"To--tolong! Dia mau jadiin saya istrinya!" jerit Audrina. "To--"

Lagi-lagi Hansel membungkam mulut Audrina dengan tangannya. Ia menoleh dan mendapati beberapa orang termasuk cleaning service kantor memandang kearah Hansel dengan tatapan selidik.

Seketika itu juga Hansel melepas tangannya. Audrina tersenyum penuh kemenangan. Sayangnya kelengahannya membuat Hansel dengan satu hentakan berhasil membuka pintu mobil Audrina, membuat Audrina menjerit tertahan.

"Ih kok maksa?!" sergah Audrina.

Hansel langsung mendekatkan tubuhnya pada tubuh Audrina yang terduduk di kursi belakang stir. Wajahnya semakin lama semakin dekat hingga Audrina dapat merasakan hembusan napas Hansel di wajahnya, refleks ia memejamkan matanya. Hansel langsung tersenyum miring. Ia menjentikkan jarinya membuat ancang-ancang sampai akhirnya jari itu menyentil dahi Audrina dengan sangat kuat hingga terdengar suara seperti tengkorak manusia yang retak. Audrina menjerit kesakitan.

"Astaga! Sakit banget!!" jeritnya sambil mengusap-usap dahinya yang kini merah.

Hansel langsung tersenyum menang. Kemudian ia menutup pintu mobil Audrina dari luar.

"Oleh-oleh dari gue." ucapnya kemudian berjalan meninggalkan Audrina yang masih kesakitan setengah mati.

Dengan itu, Audrina bersumpah akan membalas Hansel berkali-kali lipat.

****

"Abis darimana lo lama amat?" tanya Cade saat Hansel datang dan duduk di kursi kerjanya.

"Abis berperang melawan jin." jawabnya membuat alis Cade berkerut.

"Nana tetep getol juga ya."

"Iya. Getol dengan kegilaannya." ucap Hansel dengan nada malas.

"Lo gak luluh, Sel?" tanya Cade.

"Luluh? Sama makhluk abstrak kayak Nana? Gila kali lo nanya kayak gitu." gerutu Hansel. Ia menyugar rambutnya ke belakang. Sedetik kemudian ia mengingat kejadian di parkiran dan dengan cepat menyambar handsanitizer miliknya diatas meja.

"Lah apa yang abstrak dari Nana coba? Cantik, baik, perkasa, modis, dokter cantik lagi." ucap Cade. "Yang abstrak tuh kelakuan lo."

"Yaudah sana lo embat aja." seru Hansel.

"Nanti lo nangis darah."

"Sori ya, harga diri gue terlalu tinggi buat nangisin makhluk kayak Nana."

Cade geleng kepala. Sahabatnya satu ini memang paling bersemangat untuk menolak Audrina mentah-mentah sejak kuliah.

"Kalo gitu gue kenalin aja Nana ke departemen sebrang.." gerakan Hansel langsung terhenti kala Cade berkata itu. Cade langsung melanjutkan aksinya. "Kalo lo gak bisa membalas perasaan Nana, kayaknya orang lain bisalah mencintai Nana dengan layak.."

Tatapan tajam langsung Hansel layangkan pada Cade. Ternyata aksinya lumayan sukses.

"Gue bener kan? Liat aja itu Jodi dari departemen sebrang penasarannya setengah mati sama Nana. Lo asik banget main bilang Nana cewek jadi-jadian. Mana ada jin aduhai gitu." komentar Cade lagi.

"Aduhai darimana coba.." gumam Hansel lebih pada dirinya sendiri.

"Mata lo katarak ye? Jelas-jelas Nana itu masuk jajaran cewek perfect seantero kampus dulu!" seru Cade. "Yang ngejar aja banyak banget. Lo inget gak Ardan sampe dongkol sama lo terus dia maksa minta foto sama Nana berdua pas wisuda."

Tentu saja Hansel ingat kenangan itu. Ardan adalah salah satu teman karib Hansel semasa kuliah. Laki-laki itu sangat tergila-gila dengan Audrina. Ia bahkan terus saja menyindir kebodohan Hansel. Hingga puncaknya saat Audrina ulang tahun, Ardan nekat membawa bunga dan cokelat, menunggu di depan fakultas kedokteran untuk memberikannya langsung pada Audrina. Ardan memang senorak itu.

Sayangnya, cokelat dan bunga pemberian Ardan langsung Audrina berikan kepada Hansel di depan matanya. Hati Ardan hancur berkeping-keping saat itu. Sejak saat itulah ia menjadi sentimental dengan Hansel.

"Sel, lo homo ya?" pertanyaan Cade sukses membuat Hansel tersedak salivanya sendiri. Ia terbatuk-batuk sampai harus meneguk kandas minuman di mejanya.

"Gue straight!" serunya kesal.

Cade mengangkat bahunya.

"Ya kali aja. Lo kan gak tertarik sama Nana yang paripurna itu. Berarti bisa aja lo tertariknya sama yang perkasa, sama-sama punya pisang.."

Hansel melempar pulpen kearah Cade dan telak mengenai kepalanya.

"Gue gak demen sama yang bar-bar kayak Nana. Lo bisa bayangin gak kalo gue sama dia, apalagi sampe nikah, bisa-bisa pisang gue lemes, olahraga mulu!"

Tawa Cade langsung menguap ke udara. Ia sangat menyukai drama percintaan antara Hansel dan Audrina. Satunya mengejar, satunya dikejar. Tapi Cade tahu, ada satu kesamaan pada diri mereka berdua, mereka sama-sama sinting.

"Kalo lo masih aja kekeh begitu, siap-siap ya Nana punya cowok baru. Bisa aja dia muak sama perjuangannya ngejar-ngejar lo mulu tapi gak ada hasilnya!" seru Cade sejurus kemudian pikirannya dipenuhi satu ide yang menurutnya cemerlang. "Oh gue tau Sel, kalo sampe Nana udah bucin sama cowok lain tapi lo nya malah yang bucin sama dia, lo bisa pake cara licik."

Hansel menaikkan sebelah alisnya. Ternyata sahabatnya itu penasaran juga.

"Lo hamilin aja Nana biar dia nikah sama lo."

Detik itu juga, mouse milik Hansel melayang tepat mengenai kepala Cade.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now