28 - Started for Ending

471 39 0
                                    

Beberapa hari sebelum dipindahtugaskan adalah hal terburuk bagi karir Hansel. Ia sibuk menyelesaikan bagiannya untuk proyek bulan depan. Perihal masalahnya dengan Kelvin, tidak ada kata damai hingga saat ini. Bahkan ketika di kantor pun, Hansel tidak ragu menunjukkan kebenciannya pada Kelvin. Sebenarnya Hansel sendiri sampai saat ini belum tahu apa yang terjadi padanya di malam saat kepalanya di pukul sesuatu. Ia hendak melapor, tapi ia tidak memiliki bukti apapun.

Erika juga sudah terlihat masuk kerja, tetapi ia terus saja menghindari Hansel bahkan saat sebelum akan berpapasan pun, ia akan memilih berbelok. Hansel tentu jengkel sekali dengan hal itu. Yang berbuat bejat kan mereka, mengapa jadi Hansel yang harus mengejar-ngejarnya?

Kesialan tidak sampai disitu saja. Saat ini sudah beberapa hari setelah Quitta akhirnya menyerah dan ikhlas menerima bahwa Hansel mencintai Audrina. Dan mengenai apakah Hansel mengatakan perasaannya pada Audrina atau tidak, jawabannya jelas tidak. Selain itu sepertinya semesta pun tidak mengizinkan Hansel berbicara empat mata dengan Audrina. Terbukti dari mereka tidak pernah berpapasan sama sekali. Bukan karena apa, di hari minggu pun, Hansel pernah sekali mengetuk pintu apartemen Audrina, dan tidak ada jawaban. Audrina tidak pernah ada disana. Sebenarnya Hansel masih tidak tahu pembicaraan apa yang akan ia lakukan tetapi, ia sejujurnya merindukan perempuan itu.

Pernah dengan ketidaksengajaan yang benar-benar tidak sengaja, mata Hansel melihat pemandangan yang membuatnya kesal setengah mati. Ia jadi tahu juga alasan Audrina jarang ada di apartemen. Seperti waktu itu, ia tidak sengaja melihat Audrina di toko buku bersama dengan Rad. Rupanya Audrina bisa melupakannya secepat itu. Hansel ingin sekali mendatanginya waktu itu tetapi melihat senyuman cerah dari Audrina membuatnya mundur perlahan. Ia jadi ingat permintaan Quitta untuk membuat Audrina bahagia, juga tentang perkataannya pada Audrina untuk mencari orang yang bisa membuat perempuan itu bahagia. Dan ternyata Audrina sudah menemukannya. Hansel tersenyum getir. Ternyata rasa sakit seperti ini yang Audrina rasakan selama 8 tahun.

Di hari minggu pagi, tepat saat kepindahan Hansel keluar kota, ia bersiap. Membersihkan seluruh apartemennya dan meletakkan seluruh bajunya di koper. Penjelasan yang ia berikan kepada kedua orangtuanya tentu membuat tanduk ibunya keluar. Ibunya bahkan tidak habis pikir mengapa Hansel bisa berlaku kekanak-kanakan di usianya yang hampir 27 tahun. Ayahnya tentu lebih santai. Ia menganggap hal yang dilakukan Hansel sudah benar, untuk membela diri dan biar itu jadi ceritanya nanti ke anak cucu kelak. Karena hal itulah kedua orangtuanya tidak jadi pindah ke kota yang sama dengan Hansel. Hansel juga menjanjikan kepada orangtuanya, pekerjaan di kantor cabang ini hanya sementara sebelum ia nantinya akan melamar kerja ke ibu kota--agar orangtuanya dapat menempati rumah yang sudah pernah Hansel belikan untuk mereka.

Hansel selesai merapikan seluruh keperluannya. Ia mengangkut barang itu keluar dari apartemen pribadinya. Audrina sejak pagi tidak muncul sama sekali. Bahkan Hansel tidak tahu apakah perempuan itu ada di apartemennya atau tidak. Berdasar karena rasa rindunya, Hansel mencoba mengetuk pintu yang tertutup rapat itu. Ia mencoba beberapa kali. Usahanya terasa sia-sia saat tidak ada jawaban apapun dari dalam. Hansel ingin melihat wajah itu untuk terakhir kalinya--sebelum ia pindah, bahkan Hansel berpikir untuk dapat merengkuh tubuh Audrina, menyimpan kejadian itu rapat-rapat dalam memorynya sehingga suatu saat jika Hansel merindukan perempuan itu, ia akan mengingatnya sebagai suatu hal yang indah. Ia juga berniat memberitahukan kepada Audrina soal kepindahannya keluar kota. Bukan hanya pindah ke rumah bersama orangtuanya. Hansel mendesah. Mungkin jika Audrina ada di dalam, perempuan itu enggan bertemu dengannya. Hansel tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Bisa jadi jika Audrina melihat lagi wajah Hansel malah akan membuat hati yang berusaha ia tata rapi menjadi berantakan kembali.

Pikiran-pikiran Hansel itu membuatnya menyerah. Ia berhenti mengetuk pintu itu. Sudah waktunya pergi. Jika mereka memang tidak ditakdirkan bersama, berapa lama pun mereka berjuang, diakhirnya tidak akan bersama. Barangkali 8 tahun yang Audrina alami bisa ia jadikan tameng untuk nantinya. Dan perasaan terlambat yang Hansel rasakan bisa ia jadikan tamparan untuk tidak menjadi pengecut.

Hansel berbalik, mencoba menyimpan segala memory yang secara tidak sengaja ia bentuk selama ada Audrina di hidupnya. Jika takdir mempertemukan mereka lagi, Hansel berharap pertemuan itu menjadi sesuatu lukisan yang indah di masing-masing hati mereka. Semoga waktu dapat menghapus perasaan Audrina padanya, menghapus luka basah yang Hansel tahu masih ada disana.

Hansel memutar kuncinya, meletakkan pada kantung bajunya dan berjalan menarik koper-koper besar yang ia bawa. Ingin sekali rasanya berlari dan memaksa Audrina keluar dari apartemennya jika memang perempuan itu ada disana. Namun, sekali lagi otak Hansel menolaknya. Jadi ia hanya pasrah memendam keinginan itu dalam-dalam. Nyeri yang ia rasakan sekarang barangkali juga dirasakan Audrina saat ini. Hansel menghela napas berat, ia melihat ponselnya dan memandangi kontak yang ia beri nama Nana jin tomang. Ia ingin menekan tombol hijau disana, tetapi ia urungkan niat itu. Hansel masuk ke dalam lift yang sudah berhenti di lantai unit apartemennya dan berkata dalam hati,

"Semoga lo bahagia, Na."

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now