19 - Tidak Seimbang

434 38 0
                                    

Pagi itu Audrina bangun lumayan pagi daripada biasanya. Ia langsung menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Balkon apartemennya dibiarkan terbuka menyambut semilir angin pagi yang masuk bertubrukan dengan oksigen di dalam unitnya.

Seperti kebiasaannya, ia selalu menyalakan musik sambil menari-nari mengikuti alunan lagunya. Jika lagunya sedih mengiris jiwa, ia akan bernyanyi sambil menggunakan hatinya. Memikirkan laki-laki yang 8 tahun tidak membalas perasaannya. Selalu seperti itu.

"Gini amat gue masak sendiri, makan sendiri." gumamnya pada dirinya sendiri.

"Gapapa, Na. Penting lo cantik." balas Audrina pada dirinya sendiri.

"Lo bener. Gue cantik." timpalnya sambil mengagumi garis-garis wajahnya. "Tapi percuma cantik kalo Hansel gamau sama gue." sambungnya lagi--begitulah Audrina selalu bicara dengan dirinya sendiri. Ia merasa berbicara dengan dirinya sendiri sangat nyambung dan--mengasyikkan. Dirinya sendiri sangat mengetahui seluk beluk Audrina sampai ke bagian dalam.

Tentu saja.

Itu kan dia sendiri.

Menyuap 3 suapan besar nasi goreng buatannya sendiri sambil asik menyalakan youtube, ponsel Audrina bergetar tanda pesan masuk. Ia melihat dari layar pop up dan melihat nama Radhian muncul disana. Seketika kenikmatan pagi Audrina luluh lantah.

Dokter Radhian
Audrina, saya di taman apartemen kamu.

Audrina langsung membulatkan kedua matanya. Rasanya sepeti ditiban durian pagi-pagi, mendapatkan pesan dadakan seperti itu tentu saja membuat jantungnya pindah ke perut. Denga  cepat ia membalas pesan itu, dan berjalan menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.

Lima belas menit menunggu, Radhian sudah berada di taman apartemen. Audrina keluar dari unitnya dan berjalan menuju lift. Sesampainya di taman, mata Audrina menangkap sosok Radhian sedang duduk di salah satu kursi. Ia mengenakan pakaian scrub khas rumah sakit dan snelli yang ia sampirkan di lengannya.

"Maaf lama, dok." sapa Audrina.

Senyum Radhian membumbung. Entah untuk apa.

"Sarapan?" tanpa basa basi, Radhian menawarkan Audrina untuk sarapan bersama. Sialnya Audrina sudah kenyang dengan nasi goreng buatannya.

"Saya sudah sarapan, dok.."

"Aduh sayang banget!" ucap Radhian tampak kecewa. "Nanti malem kosong?" todongnya lagi tanpa basa basi.

Audrina sebenarnya ingin sekali menolak, dan beralasan bahwa ia jaga malam, tapi sialnya ia tahu bahwa jadwalnya sudah digantikan hari ini.

"Gak jaga malem dong? Saya udah liat jadwal kamu." sambung Radhian lagi seperti bisa membaca pikiran Audrina.

DUAR!

"Bi--bisa dok.."

"Bagus! Saya jemput kamu jam 7 nanti malem ya."

Audrina tersenyum. Senyum menghormati senior. Namun senyum itu ternyata mampu menggetarkan hati Radhian. Detik itu juga Radhian mengelus lembut rambut Audrina, membuat desiran halus pada dada Audrina yang entah mengapa terasa aneh.

Tapi desiran itu tidak berjalan lama hingga sebuah tangan menyambar lengan Audrina kasar. Audrina hampir saja menjerit kencang dan memukul tangan itu kalau saja ia tidak menyadari siapa yang menarik lengannya. Tanpa mengindahkan Radhian yang terkejut dan penuh tanya, Hansel menarik kasar lengan Audrina menjauh dari tempat itu. Ia membawa Audrina ke salah satu ruko dengan pintu kaca. Audrina yang kepalang bingung hanya pasrah.

Your Bridge [Proses Remake]Where stories live. Discover now