17. Sugar Duda

42.4K 5.8K 431
                                    

Maafkan typo-nya, nanti saya benerin hehe.

🌜🌛

"Eh, siapa itu?!"

Frisya berdehem. Ia menetralkan detak jantungnya lebih dulu. Gawat banget. Belum reda deg-degannya tadi akibat sebuah peluk yang terasa menenangkan, kini jantungnya harus dipaksa menerima kekagetan berkali lipat.

"Malah diem aja. Siapa itu?"

Langkah-langkah makin mendekat. Frisya akhirnya bertindak. Berusaha berdiri dengan cepat, ia sampai lupa kalau tangannya masih tersambung pada slang dan tentu saja membuat langkahnya tertahan. Hampir saja tiang besi itu terseret dan jatuh mengenai dirinya kalau saja ia tidak menghentikan langkah.

Frisya melihat Leo ikut berdiri dan berniat membantunya tapi terlambat. Sebuah tangan sudah melingkar di bahu Frisya.

"Beraninya tadi peluk-peluk kakak gue lo, ya!" ucap pemilik sepasang lengan yang sudah merangkul Frisya erat-erat.

Frisya memutar bola matanya sebal. "Lan, nggak usah drama, deh."

Lano bahkan memeluk kakaknya seolah tidak membiarkan Leo sekadar melihat saja. Karena lebih tinggi dari Frisya, ia mudah mengusahakan Frisya tertutupi oleh tubuhnya. Ia berbalik membelakangi Frisya dan tatapnya terarah tajam ke Leo.

"Eit, diem lo di situ!" Tangan Lano menunjuk sofa.

Lano berbalik dan kembali merangkul bahu Frisya, menuntunnya menuju ranjang. "Kok bisa ada orang asing masuk sini, Kak? Main peluk-peluk, lagi!"

Frisya tidak mau ambil pusing. Ia duduk di tepi ranjang dan melihat adiknya sudah kembali menghadap Leo saat lelaki itu tetap ngeyel mendekat ke Frisya.

"Lan, udah," tegur Frisya saat Lano terus menatap tajam ke Leo yang bahkan tetap membalasnya dengan senyum. Ia menarik lengan Lano agar tidak berbuat semena-mena ke lelaki yang menurutnya 'asing'.

"Itu siapanya Kak Frisya sampai berani peluk-peluk kayak tadi?" tanya Lano. Bukan penasaran. Frisya tahu adiknya memang seprotektif itu.

Kini giliran Leo yang mendekat, maju beberapa langkah hingga dekat dengan mereka lalu mengulurkan tangan ke arah Lano. "Saya Leo."

"Kalo gue Virgo," jawab Lano asal. Walau begitu ia menerima uluran tangan Leo, hanya sedetik dan ia menarik kursi untuk duduk di samping ranjang. Seolah mengabaikan keberadaan Leo.

"Itu pacar Kak Frisya?" tanya Lano lirih.

Frisya meringis. Kalau jawab 'bukan', Lano pasti jadi marah tidak percaya karena lihat adegan pelukan tadi. Kalau jawab 'iya', nyatanya kan mereka tidak ada hubungan apa-apa.

"Kok aku nggak pernah tau?" Lano mengernyit. "Bang Ren tau?"

"Jangan aneh-aneh, Lano!" Frisya menahan tangan Lano yang mengeluarkan ponsel. Sangat mengerti niat adiknya mau ngapain.

"Bang Ren harus tau, Kak." Lano ngeyel, ia sudah menekan nomor Ren di ponsel.

Ini yang Frisya takutkan. Lano itu apa-apa pasti lapor ke Ren, sedangkan Frisya benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengan Leo. Dulu pun hubungannya dengan Kavin, Lano yang ngasih tahu Ren. Bahkan saat ia putus, Lano yang lebih dulu mensyukuri.

"Syukur, Kak. Sukurin maksudnya. Dari muka juga keliatan nggak bener kok mau-maunya dipacarin."

Bukannya dihibur karena habis putus, ya walaupun Frisya memang tidak sedih-sedih banget, tapi setidaknya Lano mengerti dirinya kan? Bukan malah nyukurin begitu. Memang adik durhaka.

Duda Ting TingWhere stories live. Discover now