18. Yes Man

37.5K 5.6K 325
                                    

PSBB lagi, WFH lagi, semoga update jadi lancar deh😂

🌜🌛

Leo memandangi ponsel tanpa lelah. Menunggu balas dari sebuah pesan yang ia kirim sejak semalam. Frisya kenapa, sih? Tiba-tiba hilang jejak begitu. Perasaan, dua hari lalu mereka masih ngobrol biasa saat ia mengantar Frisya kembali ke asrama.

Perlakuan Frisya sempat membuat Leo merasa percaya diri, yakin jika ia berusaha sedikit lagi saja pasti bisa bikin Frisya luluh. Tapi hari ini pemikirannya buyar. Kayaknya Frisya memang tidak semudah itu menerimanya.

Akhirnya Leo beranjak dari duduknya. Menekan sebuah nomor di ponsel. Langkahnya terhenti di depan kaca besar di ruang kerja. Hampir sebagian ruang kerjanya diisi kaca di salah satu sisi. Karena Leo tipe orang yang mudah bosan dengan menatap laptop selama seharian. Lihat jalanan lewat kaca besar jadi alternatif menjernihkan pikiran.

"Iya, Pak Leo. Gimana?"

"Udah selesai, Dri?"

"Belum, Pak. Jadwalnya satu setengah jam."

"Bukannya udah mulai dari jam setengah 8?" Leo melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10.

"Ada yang telat. Itu si bendera. Eh, sekarang pakenya pink."

Leo berdecak mendengar Aldri yang cekikikan. "Kalau telat ya nggak usah ditunggu, ngerepotin aja. Harus tepat waktu, Dri. Besok-besok tinggal aja kalau ada yang terlambat. Kasian yang lain harus pulang lebih siang. Siapa tau di antara mereka ada yang lagi sakit kan?"

"Oh, maksudnya Frisya? Ngomong aja, Pak. Nggak perlu pakai kode. Saya mah ngerti. Tadi ada yang bilang kalau Frisya baru pulang dari RS soalnya."

Sialan, tertebak!

"Gimana dia?" tanya Leo akhirnya. Percuma juga menyembunyikan hal itu dari Aldri.

"Cantik."

"Astaga, bukan itu!" suara Leo meninggi. Aldri kayaknya ngajak berantem.

"Beneran, Pak. Saya mana berani boong sama Pak Leo. Cakep banget hari ini. Bapak belum ketemu kan? Oh iya pasti belum. Soalnya baru balik dari Banjarmasin." Aldri cekikikan lagi. "Pasti kangen kan sama—"

"Enough, Dri. Saya cuma tanya keadaannya."

"Beautiful as always. Saya kan udah bilang tadi. Nggak banyak ngomong. Serius banget lihatin proses stitching. Sekarang lagi ngobrol-ngobrol sama karyawan yang—"

"Cowok atau cewek?" tanya Leo menggebu. Ia memicing.

"Emang di bagian material uppershoes ada ceweknya?"

Astaga, Leo lupa. Perusahaan miliknya yang sudah ia hafal seluk beluknya kok bisa sampai lupa.

"Ya udah, kabari saya kalau udah selesai."

"Siap, Bos. Tahan aja, Pak. Abis ini kekepin jangan sampai lepas."

Berisik banget karyawannya yang satu ini. Leo akhirnya mematikan sambungan telepon. Dibukanya lagi ruang obrolannya dengan Frisya. Sudah sejak kemarin pesannya tidak dibalas. Apa Frisya berubah pikiran?

Apa Frisya berlaku manis hanya saat sedang sakit saja? Dan sekarang Frisya sadar kalau Leo hanyalah seorang duda dua kali yang tidak pantas mendekatinya? Begitu?

Arg! Leo mengacak rambutnya dengan frustrasi. Bisa-bisanya seorang Frisya membuatnya kayak orang gila begitu? Sebesar apa pengaruh Frisya di hidupnya sekarang? Jelas sangat berpengaruh. Leo belum menyadarinya sampai ia merasa sangat khawatir dan takut mendengar kabar Frisya sakit. Ia sadar telah begitu menyayangi Frisya lebih dari ketertarikan.

Duda Ting TingWhere stories live. Discover now