22. Bule Lokal

36.8K 5.3K 324
                                    

Yuk 💃

🌛🌜

Tok tok tok ....

Tautan bibir mereka terlepas tepat saat suara kaca diketuk cukup keras. Frisya masih setengah sadar. Membuka mata, semua serba buram dan ia bahkan tidak yakin masih bisa duduk tegak kalau saja tidak ada sebuah tangan yang memeluk pinggangnya kini.

Berbeda dengan keadaannya, Frisya menyadari ekspresi Leo justru tetap tenang sekalipun ketukan di kaca tepat di sisi lelaki itu tak kunjung berhenti. Benar-benar si Leo, kok bisa setenang itu padahal keadaan mereka sudah berantakan.

Apa? Frisya sanggup membelalak sekarang. Lebih dulu menyadari pakaian Leo yang kusut, belum lagi satu kaki Leo bahkan sudah melewati console box dan kini masuk ke lorong tempatnya duduk. Astaga ... separah itu?

Frisya masih menunduk dengan mulut sulit berbicara, saat Leo berbalik membelakanginya. Ia tidak paham, tapi lalu mengerti saat sebuah kaca terbuka dan punggung lebar Leo menutupi tubuhnya.

"Mama lihat mobilmu di sini dari tadi, Le. Kok nggak masuk-masuk?"

Frisya meringkuk di belakang Leo, persis seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal. Aduh, tapi ia memang baru berbuat nakal, lebih tepatnya dinakalin. Tapi ia juga tidak menolak, ciuman Leo sungguh mendebarkan dan nagih banget, gimana dong?

"Siapa, Le?"

Frisya merasakan punggung Leo bergerak ke kanan, mungkin menghalangi Frisya dari pandangan. Tangan lelaki itu bahkan terulur ke belakang dan menepuk pelan pahanya untuk menenangkan.

"Nanti aku turun, Kan."

"Aku tunggu di depan kalau gitu."

"Lima menit, okay? I'll get it done."

Menyelesaikan apaan? Ciuman maksudnya?

Lalu Frisya tersentak. Jarak waktu antara kaca tertutup dengan tubuh Leo yang berbalik sungguh mengejutkan. Ia sampai tidak sadar kini Leo sudah menghadapnya dengan senyum. Ingin sekali menimpuk kepala Leo tapi sayang, tampan banget. Enggak tengil, lagi. Pure ganteng pokoknya.

"Aku bantu benerin?"

Suara itu kembali menyentaknya. Frisya tersadar dan menggeleng cepat. Ia membenarkan letak duduknya dan hampir meraih tas di dashboard saat tas itu malah terjatuh. Ia mengerang sebal. Gerakannya terhenti saat Leo lebih dulu mengambilkan untuknya.

"Pelan-pelan aja, Fris." Leo terkekeh. Tangannya menarik cermin gantung agar menghadap Frisya.

Gitu bisa bilang pelan-pelan, kalau ciuman aja enggak bisa pelan sama sekali. Dasar duda kurang servis.

Frisya mengeluarkan lipstick dan siap memoles bibirnya lagi saat mengangkat pandangan dan menyadari satu hal di cermin.

"Ya ampun, Pak!!!" teriaknya tertahan. Satu tangannya berusaha membenarkan letak lengannya. Masa sekarang ia mirip perempuan penggoda. Lengan blouse-nya melorot. Kalau model bajunya one shoulder atau off shoulder sekalian malah kece. Lah ini, mirip orang gila.

"Ssssttt, jangan teriak-teriak." Leo memperingatkan. Ia bergeser lebih dekat ke Frisya membuat perempuan itu malah mendelik. "Cuma mau bantu, Fris. Jangan melotot gitu."

Frisya mengerucutkan bibir sebal. "Berantakan banget. Bapak ngapain aja coba tadi."

"Kan cuma peluk sama cium. Kamu inget, kan? Baru tadi loh. Atau saking enaknya jadi nggak inget?" Leo menaikkan alis menggoda.

Duda Ting TingWhere stories live. Discover now