29. Gara-gara Leo

35.5K 5.2K 365
                                    

Panjang nih, tapi nggak serius² amat kok wkwk. Seriusnya part depan😌

🌜🌛

"Cewek kok bangunnya siang banget."

Suara sindiran itu membuat Frisya berdecak sebal saat duduk di ruang makan. "Berisik banget anak kecil. Tiap aku pulang kok kamu ngajak ribut terus. Heran, deh."

"Kak Frisya sih bangunnya paling siang. Ditungguin yang lain."

"Udah bangun dari tadi, Lano," ujar Frisya gemas. "Males keluar kamar. Weekend juga, tidur seharian nggak masalah."

"Kayak gitu mana ada cowok yang mau."

Astaga, adiknya itu nyebelinnya keterusan.

"Frisya cantik gini, kok. Pasti banyak yang mau." Suara dari arah belakang Frisya terdengar. Rupanya Rosa sedang membawa dua piring makanan di tangannya lalu diletakkan di meja. "Nggak baik bilang begitu ke kakakmu, Lano," ujarnya lembut.

"Tuh dengerin." Frisya tertawa mendengar dirinya dibela. Ia melihat Lano mengangguk patuh. Sepertinya cowok kayak adiknya itu memang harus berhadapan sama yang lemah lembut biar segan dan malu sendiri. "Bilangin juga, Kak. Suruh jangan gonta ganti pacar. Perasaan aku kemarin liat dia bawa cewek beda lagi."

"Bukan pacar, Kak Fris," ralat Lano. "Temen jalan."

Frisya memutar bola matanya sebal. Ia menoleh saat terdengar langkah kaki. Ren baru saja sampai di ruang makan dan menarik kursi tepat di belakang Rosa, berseberangan dengan Frisya dan Lano.

"Siapa bawa cewek beda-beda?" tanya Ren langsung.

"Lano, Bang," lapor Frisya. Biar mampus kena omelan di pagi hari.

"Oh, nggak apa-apa, Lan. Masih muda, pilih-pilih yang cocok dulu aja."

Frisya langsung membelalak. Tatapnya bertemu dengan Rosa yang juga sama terkejut.

"Nggak baik loh main-main cewek," ujar Rosa lagi. Suaranya memang halus tapi terdengar sebal. "Kamu juga, By, ajarin yang baik-baik sama adikmu."

Ren menaikkan alis heran. Ia menerima piring berisi nasi dan lauk sebelum menatap Rosa di kirinya. "Aku bener loh. Asal jangan macarin banyak cewek. Kayak aku gini kan pacaran serius ya cuma sama kamu, Ros. Yang lain deket-deket aja. Udah nemu yang cocok baru komitmen di situ. Seumur hidup."

"Kenapa sih semua cowok harus mbaperin banyak cewek?" Frisya tanpa sadar mengutarakannya. Ia membanting sendok dan garpu ke piring, menimbulkan suara denting yang cukup keras dan membuat ketiganya terkejut. Tapi Frisya tidak peduli. "Semua dideketin, dikasih perhatian sama, kalau udah baper ditinggalin. Parahnya lagi udah punya pacar tapi tetep aja kasih perhatian lebih ke cewek lain. Bikin pacarnya cuma ngerasa menang status doang, tapi nggak lebih diistimewakan. Terus kalau udah kayak gitu, pacarnya yang dibilang egois dikira terlalu nuntut banyak hal. Abis itu milih balikan sama mantan. Udahlah, cowok emang nggak ada yang bener!"

Napas Frisya menggebu usai mengucapkannya dalam satu helaan napas. Ia merasakan panas menjalari pipinya, juga emosi campur aduk yang menggerumul di dadanya. Sial, ia kelepasan. Menyebabkan kini Lano yang duduk di sebelahnya, menatap penuh perhitungan, juga pasangan suami istri di depannya menatap dengan heran.

Tiba-tiba suasana jadi hening. Beberapa saat tetap seperti itu sampai suara bel terdengar membuat semuanya kembali fokus pada makanan.

"Aku aja yang bukain pintu," kata Rosa saat Ren hampir beranjak.

Frisya masih berusaha meredakan emosi. Tatapnya terarah ke piring di depannya. Ah, seharusnya ia nafsu makan melihat apa yang tersaji. Rosa adalah kakak ipar yang sangat baik karena tiap ia pulang ke rumah pasti selalu dimasakkan banyak makanan kesukannya. Tapi sekarang ia jadi tidak nafsu makan. Gara-gara Leo.

Duda Ting TingWhere stories live. Discover now