32. Gila yang Memabukkan

39.7K 5.2K 515
                                    

Khilaf apaan sih ini?😭

See ya. Sebulan lagi #ditampolkalian

🌜🌛

"Udah bangun?"

Leo tersadar kalau sedari tadi hanya diam. Ia memberi senyum kecil walau tahu Frisya tidak akan melihatnya karena kembali membelakangi untuk fokus dengan masakan.

"Cuci muka dulu."

Tentu saja Leo mengangguk. Ia akan menuruti apa pun yang Frisya mau. Bukan tidak ingin mendebat, tapi untuk membuat Frisya bahagia. Apa pun yang Frisya minta akan ia beri dengan sukarela.

Masuk ke dalam kamar, Leo menyadari sesuatu. Masih serapi sebelumnya. Lalu di mana Frisya tidur semalam? Apa pulang sendirian terus kembali pagi harinya? Tidak mungkin. Tapi lebih mustahil lagi kalau Frisya tidak tidur semalaman.

Menyimpan rasa ingin tahunya, Leo berjalan ke kamar mandi. Dihadapkan pada wajah yang masih seberantakan semalam membuatnya mengerang kesal. Kenapa di depan Frisya, ia selalu berpenampilan seburuk ini? Apa tidak bisa kantung matanya dibuang saja? Bagaimana juga cara menghilangkan mata sembap agar kembali cerah seperti sebelumnya. Astaga, belum lagi matanya juga memerah seperti habis menenggak minuman berliter-liter.

Leo sangat malu menghadap Frisya dalam keadaan seberantakan ini. Walau berkali-kali mencuci muka agar terlihat lebih segar, yang ada malah lebam kayak habis ditonjok. Sialan. Berganti pakaian yang lebih santai juga tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang seperti babak belur.

Daripada lama, Leo akhirnya pasrah. Ia kembali melangkah ke dapur.

"Semalam tidur di mana?" tanya Leo pelan saat sudah sampai di samping Frisya yang sedang menggoreng telur. Ada nasi dan sayur lodeh yang sudah siap di atas meja.

"Di lantai. Aku ambil kasur lipat yang di depan kamar kamu."

Leo membelalak. "Kenapa nggak di kamarku aja?"

Frisya meletakkan telur matang ke piring sebelum menghadap Leo. Tatapnya tanpa ekspresi. "Kamu pikir aku mau di tempat tidur bekas kamu sama Fenita?" desisnya.

Leo tercekat. Frisya pasti tidak nyaman di apartemennya. Ada banyak hal menyakitkan hanya karena Fenita membocorkan apa yang pernah mereka lakukan di masa lalu.

Tapi maaf pun sepertinya sudah tidak ada guna. Leo akan menerima kemarahan Frisya seburuk apa pun itu asalkan Frisya tetap di sampingnya. Ia tidak akan ikut marah karena melupakan hal menyakitkan pasti butuh waktu. Leo merasa butuh disiksa sebentar lagi. Ia pantas mendapat itu.

"Kamu tamu, malah harus repot siapin sarapan," ujar Leo saat meletakkan mangkuk dan piring di meja makan. Frisya duduk di seberangnya. Masih tanpa ekspresi.

"Mending aku masak sendiri daripada dibikinin pancake sama buah-buahan."




=====================================

Bagian akhir dihapus. Part lengkap ada di karyakarsa. Bisa akses melalui aplikasi maupun web atau klik link di bio.
UDAH ADA WARNING-NYA DARI PROLOG YA BAHWA CERITA INI GAK LENGKAP DI WATTPAD. DAN BAB 32 SETERUSNYA BERISI CUPLIKAN PART.
Terima kasih.

Info. Cerita ini udah lama tamat di wattpad.

Dimulai dari part 32 nanti isinya cuplikan part, tapi lebih lengkap ada di Karyakarsa.

Bagi yang mau ikuti perjalanan si jutek dan om dud, bisa mampir di karyakarsa sebagai bentuk dukungan, semangat, dan apresiasi untuk ganstistatus.

TERIMA KASIH.

Duda Ting TingWhere stories live. Discover now