1. You Alone?

114K 9.8K 997
                                    

💬

😍

*

Shabu, celupin ke ponzu sauce. Apalagi grill wagyu-nya. Sushi, sashimi dan wasabi-nya. Gila, surga dunia banget.

Persetan dengan perut dan berat badan. Ia tidak akan ke resto all you can eat kalau masih memikirkan diet esok hari. Benar kata orang, ia masuk ke sana akan jadi manusia purbakala seketika. Tidak peduli tata aturan set menu yang benar, seperti starter, soup, salad, main course, sampai dessert. Ah, lupakan.

Yang ia santap hanya daging, daging, dan daging. Ambil sendiri, panggang sendiri, cocol sendiri. Dan sekarang ... astaga, perutnya juga sakit karena salahnya sendiri!

Mungkin kesalahan karena ke sana sendirian. Makan bersama teman-teman akan lebih menjiwai dan mungkin menghabiskan lebih banyak makanan tanpa disadari. Oh, satu lagi. Karena ia tidak makan berdasarkan aturan. Mana sempat, keburu laper. Banyak pikiran.

Lihat pacar sendiri sedang mengendarai kuda supaya baik jalannya bersama selingkuhan terasa menjijikan. Ia tidak bisa lupa. Bukan pengkhianatan yang membuatnya sakit, tapi kebodohan dirinya sendiri karena mau-maunya dibodohi selama berbulan-bulan ini.

"Aduh, apaan sih!" gerutunya saat mengangkat ponsel. Ia sandarkan kepala di meja. Sekarang perutnya terasa ingin meledak. Patah hati membuatnya lapar terus. Apalagi ia sudah bayar mahal-mahal untuk semua makanan yang tersedia di buffet. Rasanya sayang keluar dari sana kalau belum muntah duluan.

"Gue telepon lo dari sore. Lo di mana?"

"AYCE."

"Frisyaaaaa!"

Menjauhkan ponsel, Frisya mengernyit menatap ponsel yang masih tersambung dengan sahabatnya sejak SMP itu.

"Apaan, sih, Nin?"

"Lo dicariin Bu Mala. Gue yang kena omelan tau."

Ibu Mala adalah pemilik asrama. Tempatnya tinggal kini memang asrama yang sangat ketat. Pulang telat semenit, disuruh jalan jongkok. Lupa menutup gerbang, disuruh membersihkan toilet umum. Paling parah, tiap anak asrama ada belnya sendiri. Semacam sandi morse. Panjang pendeknya harus tepat mirip peluit. Siapa yang salah, akan langsung dapat halo-halo di gerbang, Tentu saja Ibu Mala yang koar-koar saat melihat anak asramanya melanggar aturan dari cctv.

Kadang Frisya heran, pekerjaan Ibu Mala jaga 24 jam nonstop seperti satpam. Tapi di semua tempat pasti jarang yang mengurusi seketat itu. Jadi Frisya terima saja semua hal yang menjadi aturan di sana.

"Nanti gue hubungi beliau, Nin." Frisya mual. Hampir muntah rasanya. Ia meraih thai tea yang baru diisi ulang berkali-kali. Tentu saja ia tidak sesehat itu di sana untuk meminum air putih.

"Lo putus bukan berarti depresi. Gila lo ya? Fotografer gadungan tukang nemplok sana sini ke para model itu nggak pantes ditangisin."

"Gue nggak nangis. Gue justru pesta, Nin. Ah, elo nggak ngerti banget."

"Itu bentuk tangisan, lo luapin ke makanan. Gue ngerti makanya ngomong gini."

"Rese lo," umpat Frisya sebal.

Tidak ada kata canggung dalam persahabatan mereka. Tidak ada ketakutan akan tersinggung satu sama lain. Karena keduanya sudah sangat dekat dan saling mengenal.

Duda Ting TingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang