-3- Penyihir

5.4K 1K 264
                                    



"S-Sukuna!?"

Wasuke terkejut dibuatnya, ia mundur beberapa langkah.  Ia menatap sosok anak kecil yang mulai memasuki rumahnya itu dengan horor.  Pasalnya tidak mungkin cucunya yang satu itu datang kemari.

Ia benar-benar ingat saat jasad cucunya itu dikremasi dan dikuburkan.

Sukuna menertawakan wajah takut Wasuke di hadapannya itu, "apa kau tidak senang melihat cucumu datang mengunjungi?"  Ia melepas sepatu hitamnya dan meletakkannya di rak, sebelah sepatu merah Yuji.  Ia menyeret kopernya masuk lalu melihat ke sekeliling.  Ia meraih pigura foto di atas meja dan menatap foto di dalamnya.  Saat ia dan Yuji masih bayi dan digendong oleh Wasuke yang tersenyum lebar.

"Apa Yuji sudah tidur?  Aku agak merindukannya."  Sukuna berjalan ke arah kamar yang biasa ia dan Yuji tempati saat menginap disana.

Wasuke menghalangi jalan Sukuna.  Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Apa?  Kau tidak memperbolehkanku menemui saudara kembarku sendiri?"  Sukuna menatap Wasuke dengan mata merahnya membuat kakeknya itu merasa terintimidasi oleh cucunya sendiri.


"Siapa kau?  Cucuku, Sukuna sudah meninggal karena kecelakaan!"

Sukuna yang mendengar hal itu tertawa terbahak-bahak hingga peritnya terasa sakit, "kecelakaan??  Kau pikir begitu?"  Sukuna kembali tertawa.  "Astaga, akting ayah dan ibu ternyata hebat juga!"

Wasuke mengernyitkan dahinya tanpa mengatakan apapun.


Sukuna menunjuk Wasuke, "anakmu," lalu ia menunjuk dirinya sendiri dan ke arah pintu kamar, "ayah dan ibu kami, berusaha untuk melenyapkanku dari kehidupan.  Tapi sayang sekali mereka tidak berhasil melakukannya."

Wasuke benar-benar tak mengerti.  Sukuna memutar bola matanya, "pada intinya, aku masih hidup.  Apa belum cukup?"

"Kau seharusnya sudah meninggal!"  Wasuke diam-diam mengambil jimat dari dalam sakunya.  Ia benar-benar yakin cucunya itu seharusnya sudah meninggal.

"Tidak usah pakai jimat.  Itu tidak akan mempan padaku."  Sukuna kembali menyeret kopernya, "kalau begitu, malam ini aku akan tidur di sofa saja.  Kalau besok aku menghilang, berarti aku hantu, oke?"  Ujarnya sambil duduk di sofa ruang tamu dan melepas kaus kakinya.  "Oh, aku pinjam toiletnya..."  Sukuna kemudian masuk ke dalam toilet.


Kaki Wasuke terasa lemas.  Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi.  Memang ia akan senang kalau seandainya saja cucunya itu masih hidup.  Tapi ia tidak bisa merasa begitu setelah melihat sendiri cucunya dikremasi dan dikuburkan.  Aneh, ini terlalu aneh.

Wasuke masuk ke dalam kamar Yuji lalu mengunci pintu dan jendela dari dalam.  Ia berbaring dan tidur di sebelah Yuji sambil memeluknya.



***

pythonissam [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang